Jumat 08 Nov 2013 21:15 WIB

12 Negara Paling Berbahaya Menurut Australia

Red:
Negara bermasalah
Negara bermasalah

CANBERRA -- Menurut Departemen Luar Negeri Australia (DFAT), ada 12 negara yang sebaiknya tidak dikunjungi warga negara Australia. Negara mana saja? 

Departemen Luar Negeri Australia (DFAT) menyatakan bahwa turis dari negara tersebut harus “sangat berhati-hati” bila berada di Republik Senegal, Afrika.

Ini menyusul pengakuan seorang warganegara Australia bahwa Ia ditawan selama enam minggu dan rekening banknya dihabisi sewaktu berlibur di Senegal.

Indonesia pun pernah dikenai cap Travel Warning, terkait kejadian pemboman di Bali tahun 2002. 

Namun, menurut DFAT, ada 12 negara lain di dunia yang bahkan lebih berbahaya daripada Senegal dan Indonesia. Tepatnya, Departemen ini memperingatkan warga negara Australia untuk jangan pergi ke negara-negara berikut:

Afghanistan

Informasi terakhir dari negara ini adalah bahwa para militan di sana kemungkinan berencana menculik pekerja LSM perempuan di distrik Khak-e-Jabar, Kabul.

DFAT memperingatakan warga Australia sebaiknya tidak pergi ke sana karena keadaan yang amat tidak aman dan ancaman serangan teroris.

Saat ini, Australia mulai menurunkan aktivitas militer di Afghanistan, namun tetap mempertahankan keberadaan angkatan bersenjata di negara tersebut.

Sudan

Sudan sampai saat ini masih mengalami ketegangan politik dan terkadang perang sipil.

Keadaan tak aman ini kebanyakan merupakan akibat dari dicabutnya subsidi BBM tanggal 23 September 2013.

Pencabutan subsidi tersebut berbuntut aksi demonstrasi dengan diwarnai kekerasan di seantero negara di kawasan Afrika Utara tersebut.  

Menurut DFAT, terdapat “ancaman serangan teroris yang tinggi di Sudan.”

Somalia

Negara di kawasan Afrika Timur ini baru-baru mendapat cap travel warning karena serangan-serangan teroris.

DFAT meminta agar warganegara Australia tidak berpergian ke sana karena adanya konflik bersenjata, dan tingkat kejahatan dengan kekerasan tinggi, seperti penculikan.

Mali

Negara di kawasan Afrika Barat ini dianggap rentan terhadap ketidakstabilan politik menyusul terjadinya kudeta militer.

Suriah

Sudah cukup banyak pemberitaan media tentang konflik berkelanjutan di Suriah.

DFAT memperingati  warga negara Australia tentang keadaan berbahaya di Suriah dikarenakan konflik militer, dan juga adanya penculikan pekerja LSM. Namun, tetap ada banyak warganegara Australia yang pergi ke negara ini, dan sebagian terlibat dalam konflik.

Yaman

Berdasarkan nasihat dari Kedutaan Besar Australia di Riyadh, Arab Saudi, DFAT memperingatkan tentang resiko serangan teroris dan penculikan

Sudan  Selatan

Sudan Selatan adalah negara terbaru di kawasan Afrika, yang dibentuk berdasarkan referendum untuk berpisah dari Sudan.

DFAT mengatakan bahwa negara ini memiliki tingkat kejahatan dengan kekerasan yang tinggi, dan ada juga resiko konflik bersenjata.

Republik Afrika Tengah.

DFAT memperingatkan bahwa situasi keamanan di negara berpenduduk 4,5 juta orang ini sangat tidak stabil.

Ancaman terbesar datang dari pemberontak bersenjata.

Irak

Irak dianggap rawan akan kegiatan terorisme, dikarenakan ada peningkatan kegiatan pemberontakan.

Nigeria

Baru-baru ini, ada kabar baik tentang pembebasan empat warga negara Perancis yang diculik oleh organisasi Al-Qaeda in the Islamic Maghreb.

Namun masih ada resiko tinggi terkait kejahatan dan penculikan di negara ini.

Libya

Meskipun mantan pemimpin Libya, Gaddafi, sudah tak ada lagi, tetap ada insiden-insiden terorisme, seperti serangan terhadap sebuah apartemen di Ibukota Tripoli.

Dalam serangan ini, Perdana Menteri Ali Zeidan diculik dan ditahan pemberontak bersenjata.

Chad

Ibukota negara di Afrika Tengah ini, yaitu N’Djamena, menjadi fokus peringatan DFAT dikarenakan adanya resiko terjadinya kekerasan, penculikan dan tindak kejahatan serta pelanggaran hukum. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement