Senin 11 Nov 2013 19:58 WIB

Komunitas Muslim di Negara Mungil Andorra

Rep: ani nursalikah/ Red: Damanhuri Zuhri
Logo Halal
Logo Halal

REPUBLIKA.CO.ID, -- Berdasarkan Laporan Kebebasan Beragama Amerika Serikat pada 2006, terdapat sekitar 2.000 warga Afrika Utara yang tinggal di Andorra. Komunitas ini menjadi komunitas Muslim terbesar di negara yang ibu kotanya berada di Andorra la Vella.

Andorra memiliki populasi sekitar 85 ribu orang. Lebih dari 90 persen penduduk Andorra menganut Katolik Roma.

Walaupun bukan menjadi agama resmi, konstitusi negara mengakui memiliki hubungan khusus dengan gereja Katolik Roma sehingga penganutnya juga memiliki sejumlah keistimewaan. Ada juga kelompok kecil penganut Hindu.

Terdapat dua kelompok Muslim, salah satunya lebih fundamentalis. Andorra merupakan salah satu negara kecil di Benua Eropa. Tepatnya, Andorra berada di ketinggian Pegunungan Pyrenees di tengah-tengah perbatasan antara Prancis dan Spanyol.

Negara seluas 467 kilometer persegi ini merupakan monumen sejarah penting perkembangan Islam di Eropa.

Sebelum abad ke-19, kaum Muslim yang dikenal sebagai bangsa Moor berhasil mencapai kawasan utara Spanyol dan mulai memasuki wilayah Prancis. Dalam hal ini, bangsa Moor juga berhasil menjangkau Andorra.

Mereka sempat membangun peradaban Islam di wilayah terpencil ini. Namun, pasukan Charlemagne berhasil mendorong keluar Muslim dari Andorra pada permulaan abad kesembilan.

Pada sekitar 700 M, pasukan Muslim menaklukkan daerah kekuasaan bangsa Visigoths melalui lembah Segre.

Pasukan Muslim sebenarnya tidak menetap di Andorra. Mereka justru menggunakan Andorra sebagai jalan pintas ke Toulouse, Narbonne, Carcassonne, dan Nimes.

Perang Poitiers dan Perang Roncesvalles menandai berakhirnya ekspedisi ke wilayah lain Pyrenees. Menurut Antoni Filter i Rossell dalam buku sejarahnya, Manual Digest (1748 M), pada 788 M sebanyak 5.000 penduduk Andorra di bawah kepemimpinan Marc Almugaver datang ke Charlemagne untuk berperang melawan Muslim.

Setelah perang, Charlemagne melindungi Andorra dan mendeklarasikan penduduk Andorra sebagai warga yang berdaulat. Andorra termasuk negeri yang banyak menerbitkan perangko bagi penggemar filateli.

Pada umumnya, perangko Andorra banyak menampilkan gambar-gambar panorama alam, bangunan bersejarah, tokoh terkemuka di bidang pemerintahan atau keagamaan, serta berbagai flora dan fauna.

Komunitas Muslim di sini memiliki Pusat Kebudayaan Islam yang mengajar bahasa Arab bagi sekitar 50 murid. Pemerintah Andorra dan komunitas Muslim belum bersepakat mengenai sistem yang memungkinkan sekolah memberi pelajaran bahasa Arab.

Sayangnya, belum ada pembangunan masjid di Andorra. Pemerintah menolak mengalokasikan lahan untuk membangun masjid. Pemerintah beralasan tidak ada cukup lahan yang berharga murah.

Pada 2003, seorang ulama lokal, Mohamed Ragui, meminta izin kepada pendeta Joan Marti Alanis agar menyediakan lahan dari gereja untuk membangun masjid atau ruangan di dalam gereja untuk digunakan sebagai masjid.

Ini bukan pertama kalinya gereja diubah fungsinya menjadi masjid atau umat Islam melaksanakan ibadah di dalam gereja. Hal seperti ini sebelumnya juga pernah dialami Muslim di Paris.

Muslim di Andorra saat ini terpaksa melaksanakan shalat dan kegiatan lain di ruangan yang sangat sempit. Umat Muslim yang berkunjung ke Andorra harus waspada karena makanan halal cukup sulit ditemukan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement