Rabu 13 Nov 2013 17:44 WIB

Terkendala Biaya, Eksplorasi Panas Bumi Ditunda

Rep: Eko Widiyanto/ Red: Julkifli Marbun
Energi panas bumi. Ilustrasi.
Foto: greenfieldenergyco.com
Energi panas bumi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Pasokan listrik dari energi panas bumi di lereng Gunung Slamer yang rencananya sudah bisa terealisasi tahun 2017, kemungkinan akan tertunda. Hal ini karena pihak investor yang akan melakukan eksplorasi dan membangun pembangkitnya, PT Sejahtera Alam Energy (SAE) mengaku kesulitan biaya.

"Kita terpaksa menunda eksplorasi dua sumur panas bumi di lereng Gunung Slamet wilayah Banyumas, karena pertimbangan biaya," kata General Manager PT SAE, Betora Rasido, dalam acara sosialisasi di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas, Rabu (13/11). Dalam acara tersebut, juga hadir sejumlah pejabat dari dinas terkait, baik dari Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Banyumas.

Dia menyatakan, upaya melakukan eksplorasi panas bumi yang akan dilakukan pihaknya, berada di daerah yang sangat sulit. Yakni, di wilayah hutan lereng gunung yang jauh dari sarana infrastruktur jalan raya dan infrastruktur lain.

Untuk seluruh proses eksplorasi, eksploitasi dan membangun pembangkit di lereng Gunung Slamet yang masuk wilayah Banyumas, Betora memperkirakan, dibutuhkan biaya sekitar 7,5 juta dolar AS. Hal ini belum termasuk biaya dengan pembangunan jalan. "Kondisi inilah yang memberatkan kami," katanya.

Untuk itu, dia menyatakan, saat ini pihaknya lebih memfokuskan kegiatan eksporasi dua sumur yang berada di wilayah Kabupaten Brebes.

PT SAE awalnya akan membangun empat pembangkit dengan empat sumur panas bumi di sekitar lereng Gunung Slamet. Selain dua sumur yang masuk wilayah Banyumas dan satu sumur di wilayah Kabupaten Brebes, juga akan dilakukan pengeboran di lokasi yang masuk wilayah Kabupaten Tegal. Hasil eksploitasi panas bumi di empat tempat tersebut, diharapkan bisa menghasilkan tenaga listrik sebesar 110 MW.

Namun dalam penjelasan di hadapan warga, Betora menyatakan hanya akan membangun tiga sumur. Dan untuk keperluan itu, dibutuhkan dana sebesar 57 juta dolar AS. Biaya ini termasuk untuk pembangunan saran infrastruktur jalan dan lainya. 

Betora juga menyebutkan, hingga saat ini pihaknya masih dalam tahap Detail Engenering Desain (DED). Rencananya, baru pada awal tahun 2014 akan dilakukan tahap pembangunan konstruksi dan pengeboran pada bulan Oktober 2014. Setelah itu baru akan dilakukan kelayakan studi nilai ekonomis.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement