REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Kelompok pembela Hak Asasi Manusia (HAM) meminta federasi sepak bola Spanyol untuk membatalkan rencana memainkan pertandingan persahabatan melawan negara kaya minyak Equatorial Guinea. Mereka menuding negara Afrika itu melakukan penyiksaan dan penahanan-penahanan sewenang-wenang.
Asosiasi Spanyol untuk Hak Asasi Manusia (APDHE) mengekspresikan penolakan keras mereka terhadap pertandingan yang akan dimainkan pada Sabtu (16/11) di ibu kota Equatorial Guinea, Malabo, dalam surat yang ditujukan kepada presiden federasi sepak bola Spanyol Angel Maria Villa Llona.
"Kami meminta Anda untuk segera membatalkan pertandingan sepak bola ini," kata APDHE, Rabu (13/11).
Pemerintah negara kecil di Afrika barat itu memiliki cemoohan lengkap untuk pelanggaran-pelanggaran HAM, kata grup itu dalam surat bertanggal 11 November tersebut.
"(Negara) itu secara sistematis mempraktekkan penyiksaan dan penahanan sewenang-wenang dan penaklukkan terhadap semua warga, organisasi-organisasi sipil, dan formasi-formasi politis yang tidak selaras dengan represi ekstrim," kata kelompok pembela HAM itu.
Federasi sepak bola Spanyol akan berbagi meja dan tribun dengan otoritas setempat yang melakukan kejahatan-kejahatan menyimpang," kata kelompok itu yang memperingatkan keputusan juara Eropa dan dunia Spanyol dapat menjadi propaganda kudeta bagi pemerintah Equatorial Guinea.
Secara umum Equatorial Guinea memiliki 95 persen pendapatan dari minyak, namun sekitar 700 ribu warganya masih hidup dalam kemiskinan.
Negara ini dikuasai presiden Teodore Obiang Nguema yang memerintah dengan tangan besi selama 34 tahun.
Obiang (71 tahun) mengambilalih kekuasaan negara bekas koloni Spanyol itu, setelah menggulingkan pamannya yang lalim pada kudeta 1979 dan menembaknya. Ia merupakan penguasa terlama di Afrika dan memenangi pemilihan umum pada awal tahun ini dengan keunggulan mutlak atas lawannya.