REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Realisasi belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2013 diprediksi akan kembali melampaui pagu yang telah ditetapkan.
"Untuk subsidi BBM sampai akhir tahun itu bisa 12 persen di atas dari pagunya," ujar Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Boediarso Teguh Wibowo kepada wartawan disela-sela acara Sosialisasi Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Terkini di Surakarta, Kamis (14/11).
Sebagai gambaran, dalam APBNP 2013, pagu belanja subsidi BBM adalah Rp 199,9 triliun. Jika dikalikan 12 persen, maka diperoleh besaran subsidi BBM yang harus digelontorkan pemerintah sampai akhir tahun menembus Rp 223,88 triliun.
Pada APBN-P 2011, realisasi subsidi mencapai Rp 165,1 triliun atau 127,3 persen terhadap pagu Rp 129,7 triliun. Sedangkan pada APBN-P 2012, realisasi subsidi menyentuh Rp 211,8 triliun atau 154,2 persen terhadap pagu Rp 137,3 triliun.
Menurut Boediarso, terdapat tiga faktor utama yang memicu pembengkakan subsidi BBM. Pertama, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dalam asumsi makro APBNP 2013, nilai tukar ditetapkan Rp 9.600 per dolar AS. Akan tetapi, realisasi sampai 25 Oktober 2013 tercatat rata-rata Rp 10.161 per dolar AS. Sedangkan proyeksi dari Kementerian Keuangan pada Oktober 2013, nilai tukar sampai akhir 2013 diperkirakan berada dikisaran rata-rata Rp 10.425 per dolar AS.
Faktor kedua adalah kenaikan harga Indonesia Crude Price (ICP).Sampai 25 Oktober 2013, realisasi ICP telah mencapai rata-rata 106 dolar AS per barel. Angka ini lebih rendah dibandingkan yang tercatat dalam asumsi makro APBNP 2013 yakni rata-rata 108 dolar AS per barel.
Sementara outlook dari Kemenkeu pada Oktober 2013, ICP rata-rata sampai akhir tahun rata-rata 107 dolar AS per barel. Terakhir, peningkatan subsidi disebabkan oleh volume konsumsi. "Kalau rupiah dan ICP itu di luar kontrol pemerintah. Tetapi kalau volume konsumsi bisa dikendalikan dengan penyesuaian harga BBM," kata Boediarso.
"Itu memiliki dampak yang bagus, tetapi sampai akhir tahun, belanja subsidinya tetap akan lebih besar," tambah Boediarso.
Sebagai gambaran, volume konsumsi BBM dalam APBNP 2013 adalah 48 juta kiloliter dengan proyeksi konsumsi sampai akhir tahun di kisaran 47 juta kiloliter (kl). Sementara dalam APBNP 2012, volume konsumsi BBM mencapai 45,06 juta kl. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan kesepakatan awal dalam APBN 2012 yakni 40 juta kl.