REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Pemerintah Somalia mengatakan hujan deras, dan angin kencang serta banjir menciptakan keadaan darurat di negara itu.
Aljazeera melaporkan daerah semi-otonom Puntland di Somalia telah mengumumkan keadaan darurat dan memohon adanya bantuan internasional setelah banjir yang dipicu oleh topan menewaskan sedikitnya 300 orang dan ratusan hilang.
Sementara itu PBB menjelaskan, sekitar 30.000 orang membutuhkan makanan, air, tempat tinggal dan obat-obatan, sesuai dengan perkiraan pemerintah.
Pemerintah Puntland menggambarkan kondisi itu sebagai bencana nasional.
Puntland terletak di ujung Tanduk Afrika dan mempunyai pemerintahan sendiri, tapi tidak seperti tetangganya Somaliland, wilayah ini belum mendeklarasikan kemerdekaan dari Somalia, yang mulai stabil sejak tahun 1991 ketika Presiden Siad Barre digulingkan.
Wartawan Al Jazeera Mohammed Adow , melaporkan dari Puntland, dan mengatakan situasi terakhir 'suram ' dan seluruh desa disapu oleh 'amukan banjir'.
Dia mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan bertambah karena sebagian besar akses desa yang terkena dampak masih dipotong oleh air.
"Bantuan tidak mencapai desa-desa yang terkena dampak karena kerusakan pada infrastruktur. [Ada] antrean panjang kendaraan yang terdampar" di kedua sisi jalan antara ibukota Garowe dan kota pelabuhan utama Bossaso.
Bala bantuan dari pemerintah Somalia sudah dikirim dengan berjalan kaki mencoba daerah bencana.
"Hujan deras, kecepatan angin yang tinggi dan banjir telah menciptakan keadaan darurat. 300 orang dikhawatirkan tewas, ratusan lainnya belum ditemukan, dan tak terhitung ternak yang hilang," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Korban tewas tidak bisa diverifikasi secara independen, namun para ahli cuaca dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menegaskan banjir itu memang parah.
"Mengingat Puntland merupakan daerah semi-kering, jarang turun hujan tapi ketika itu terjadi, ke mana kita telah melihat.. dampaknya sangat buruk," kata Hussein Gadain, seorang penasihat teknis senior FAO.
Daerah paling parah yang terkena bencana adalah pelabuhan Eyl, daerah yang biasanya menjadi markas bajak laut Somalia.
"Banyak nelayan yang hilang dan dikhawatirkan tewas, badai telah menghancurkan seluruh desa, rumah, bangunan, dan kapal," tambah pernyataan itu.
Program Pangan Dunia mengatakan pihaknya telah "bekerja sama" dengan pihak berwenang setempat "untuk menilai kebutuhan di Puntland pasca topan itu".