REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI Hajriyanto Y Tohari menilai hubungan Indonesia dengan Australia sedang tidak normal.
"Maka saya rasa sudah pas kalau Presiden SBY berkomunikasi dengan dengan PM Tony Abott dengan twitter. Lagi pula Tony Abott juga perdana menteri dari sebuah negara penyadap yang jelas salah, tapi tidak mau minta maaf rasanya lebih dari cukup dihubungi dengan twitter," kata Hajriyanto, Kamis, (21/11).
Menurut Hajriyantio, tak ada yang salah dengan penggunaan Twitter. Ia menilai Twitter juga alat komunikasi. Penasihat senior Partai Liberal, Mark Textor juga berkicau menghina cara komunikasi yang dipilih Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Twitter untuk menyampaikan amarahnya kepada Abott.
Textor itu, ujar Hajriyanto, melihat kuman di seberang lautan tampak, tapi gajah di pelupuk matanya sendiri tidak kelihatan. "Pantas saja negara itu tidak mau minta maaf, lha wong penasihat perdana menterinya saja sikapnya seperti itu," ujarnya.
Untung saja, terang Hajriyanto, Presiden SBY segera mengirimkan surat resmi kepada Abott dan tidak berhenti hanya dengan twitter. "Mari dilihat mereka punya kesopanan tidak setelah tindakannya menyadap yang sangat tidak pantas dan tidak sopan itu dilakukan. Saya rasa tindakan Australia yang sangat kurang ajar itu sekali-sekali dikasih pelajaran yang setimpal," kata Hajriyanto.
Australia, ujar Hajriyanto, sudah bersikap melonjak kepada Indonesia. "Australia sudah melompati kepala kita. Presiden dan Menlu mengambil langkah drastis," ujarnya.
Sebelumnya, Penasihat senior Partai Liberal, Mark Textor, berkicau di akun Twitter menghina cara komunikasi yang dipilih Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Twitter yang murka akibat penyadapan.
"Kepala Negara macam apa yang berkomunikasi dengaan seorang Kepala Pemerintahan negara tetangga melalui Twitter?" kicau Textor.