REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai perekonomian Indonesia harus lebih siap pada 2014 dalam menghadapi gejolak (shock) ekonomi global, terutama rencana pengurangan stimulus moneter oleh Bank Sentral AS The Fed.
"Saya rasa kini sudah ada satu progres yang baik, tetapi pada tahun depan kita harus mempersiapkan lebih baik karena stimulus dari Federal Reserve itu akan dikurangi," ujar Agus saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat (22/11).
Agus menuturkan bahwa upaya untuk menurunkan defisit neraca transaksi berjalan saat ini masih terus berlangsung demi menjaga stabilitas sistem keuangan. "Kalau kita lihat dari kuartal dua rasionya (defisit) 4,4 persen terus kemudian bisa membaik ke 3,8 persen," kata Agus.
Selain itu, dengan tingkat inflasi yang diperkirakan di bawah 9 persen pada akhir 2013 serta nilai tukar yang sedikit melemah merupakan langkah-langkah antisipasi perkembangan ekonomi pada tahun 2014. "Ini merupakan upaya untuk membuat ekonomi kita lebih siap dengan shock yang mungkin terjadi," ujar Agus.
Dari sisi tingkat suku bunga, BI juga telah menaikkan BI rate 175 basis poin dalam enam bulan terakhir. Menjelang akhir tahun, menurut Agus, akan banyak investor yang masuk ke dalam negeri. Mereka sebelumnya sudah confidence dengan kondisi di Tanah Air.
"Mereka mungkin menghitung real interest rate 2014 bahwa tingkat inflasi 3,5--5,5 persen. Dengan tingkat bunga yang ada di Indonesia berarti sudah positif. Dalam arti real interest rate positif, investor lihat hal baik dengan Indonesia," kata Agus.