REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengakui sulit untuk menekan angka kematian ibu guna mencapai target 102 kasus per 100 ribu kelahiran pada tahun 2015.
"Status untuk pencapaian tersebut masuk kategori merah, sangat sulit tercapai," kata Kepala Sub-Direktorat Ibu Bersalin, Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kemenkes, Riskiyana Sukandhi Putra, saat lokakarya jurnalis di Jakarta, Jumat (22/11).
Survei Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) 1991 menunjukkan angka kematian ibu (AKI) per 100 ribu kelahiran tercatat 390 kasus. Kemudian, SDKI tahun 2012 menunjukkan sedikit penurunan yakni 359 kasus.
Secara keseluruhan, jumlah kematian ibu pada tahun 2012 tercatat sebanyak 4.986 kasus, turun dibanding 2011 sebanyak 5.118 kasus. Namun jumlah kematian ibu tahun 2011 lebih tinggi dari 2010 sebanyak 4.662 kasus. Jawa Barat paling tinggi angka kematian ibu dengan jumlah 781 kasus pada tahun 2012. "Dalam satu hari, ada 15 kasus kematian ibu, seminggu 100 kasus, dan sebulan 400 kasus," katanya.
Pendarahan masih menjadi penyebab utama kematian dengan jumlah 1.502 kasus, diikuti hipertensi 1.341 kasus pada tahun 2012. Ia mengakui, kasus kematian karena hipertensi cenderung terus meningkat kemungkinan dipicu pola hidup masyarakat.
Target lain yang masih sulit tercapai adalah penanggulangan kemiskinan, prevalensi HIV/AIDS dari total populasi, serta tingkat emisi rumah kaca rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum dan rumah tangga dengan akses sanitasi dasar.
Selain itu, angka kematian bayi per seribu kelahiran hidup juga target pencapaiannya juga sulit terealisasi.