REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) akan menerbitkan obligasi untuk mendukung pendanaan perusahaan. Direktur Utama BJB Bien Subiantoro mengatakan, obligasi diterbitkan dengan nilai maksimal Rp 5 triliun. "Obligasi akan diterbitkan secara bertahap sesuai kebutuhan likuiditas," katanya di Jakarta, Kamis (28/11).
Penerbitan dilakukan untuk menggantikan sejumlah obligasi perseroan yang jatuh tempo sejak 2011. Bien mengatakan, tahun depan obligasi yang jatuh tempo mencapai Rp 700 miliar. Pada 2015, obligasi yang jatuh tempo nilainya mencapai Rp 1,6 triliun.
Sehingga, BJB perlu menerbitkan kembali surat utang untuk mendukung penyaluran kredit tahun depan. Dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional, BJB menargetkan pertumbuhan sesuai dengan acuan Bank Indonesia (BI). BJB optimistis pertumbuhan di 2014 sebesar 20 persen.
Tahun depan, perseroan akan fokus pada kredit pemilikan rumah (KPR), kredit konsumer, kredit pensiun dan kredit pegawai. "Ini potensi yang rasio kredit bermasalahnya (NPL) kecil," ujar Bien.
Sementara BJB akan mengerem pertumbuhan kredit komersial dan kredit mikro untuk menjaga NPL. Pada 2014, ujarnya, perseroan tidak akan seekspansif tahun sebelumnya. Mengingat kondisi ekonomi yang melambat, perseroan tidak akan membuka kantor cabang penuh yang baru.
Perseroan memilih untuk meningkatkan status kantor cabang pembantu (KCP) yang ada dan menambah kantor kas. Selain itu, perseroan juga menjaga beban operasional (BOPO) di bawah 80 persen. "Sekarang posisinya 77 persen," kata Bien.
Hingga akhir September 2013, BJB membukukan laba bersih Rp 1,1 triliun. Jumlah ini meningkat 15,9 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Total aset perseroan mencapai Rp 75,9 triliun atau naik 12 persen.
Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun tumbuh 7,3 persen menjadi Rp 56,6 triliun. Sedangkan kredit perseroan tumbuh 34,4 persen menjadi Rp 44,1 triliun.
Sektor mikro tumbuh tertinggi, yaitu sebesar 33,4 persen menjadi Rp 5,4 triliun. Sektor konsumer tumbuh 27,6 persen menjadi Rp 27,8 triliun. Kredit KPR BJB tumbuh pesat, yaitu 188,7 persen menjadi Rp 3,5 triliun.