Senin 23 Dec 2013 12:24 WIB

Ganti Nama Jadi Asuransi Umum BCA, CSI Targetkan Bisnis Tumbuh 15 Persen

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Asuransi (Ilustrasi)
Foto: wepridefest.com
Asuransi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Central Sejahtera Insurance (CSI) berubah nama dan logo menjadi PT Asuransi Umum BCA. Peluncuran nama dan logo tersebut merupakan simbol bahwa PT Asuransi Umum BCA secara resmi beroperasi di bawah Grup BCA. Asuransi Umum BCA merupakan anak perusahaan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT BCA Finance.

Direktur Utama PT Asuransi Umum BCA, Hariyanto, mengatakan BCA membeli PT Transpacific General Insurance tepat tiga tahun lalu, yakni pada 23 Desember 2010. Kemudian PT Transpacific General Insurance berubah nama menjadi CSI.

"Perubahan nama dan logo ini sejalan dengan komitmen manajemen Grup BCA untuk mendukung peningkatan kualitas layanan dan memenuhi kebutuhan nasabah, khususnya kebutuhan nasabah akan produk asuransi di Indonesia," ujar Hariyanto dalam Peresmian Nama dan Logo PT Asuransi BCA, Senin (23/12).

Asuransi Umum BCA melayani asuransi properti, kendaraan bermotor, kargo, personal liability dan asuransi harta benda lainnya. Hariyanto mengatakan bisnis Asuransi Umum BCA didominasi kendaraan motor sebesar 85-90 persen. Namun, ia mengatakan tahun depan bisnis kendaraan bermotor akan berkurang. Kenaikan pertumbuhan kendaraan bermotor tidak akan setinggi properti.

Asuransi Umum BCA memproyeksikan pertumbuhan asuransi kendaraan bermotor sebesar 12,5 persen tahun depan. Sementara itu, pertumbuhan bisnis ditargetkan sebesar 15 persen.

Mengenai permodalan, Asuransi Umum BCA dinilai telah mencukupi minimum modal yang disyaratkan otoritas. Hariyanto mengatakan Asuransi Umum BCA memiliki ekuitas sebesar Rp 87 miliar per November. "Target yang kami buat 2014 persyaratan harus Rp 100 miliar. Kami akan melampaui itu. Dari produksi premi, kami belum memerlukan suntikan modal," ujar dia.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengatakan BCA siap seandainya Asuransi Umum BCA membutuhkan tambahan permodalan. "Tapi melihat performance dan profit yang didapat cukup memadai sahingga tak perlu tambahan modal," ujar Jahja.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement