REPUBLIKA.CO.ID, WAZIRISTAN UTARA -- Warga dari suku Pashtun di wilayah Waziristan Utara, Pakistan menuduh pasukan pemerintah melakukan pembunuhan puluhan warga sipil, Senin (23/12).
Pembunuhan tersebut diduga dilakukan saat pasukan melancarkan operasi militer terhadap gerilyawan Taliban di wilayah yang berbatasan dengan Afganistan tersebut.
Sejak serangan bom bunuh diri di sebuah pos pemeriksaan di Waziristan Utara, 18 Desember lalu, pasukan pemerintah memulai operasi militer. Daerah yang terletak di wilayah pegunungan dekat perbatasan Afghanistan tersebut diduga sebagai benteng militan Taliban yang berafiliasi dengan Alqaida.
Diperkirakan tentara meluncurkan serangan besar ke daerah tempat pemukiman di perbatasan tersebut. Ini dilakukan sebagai upaya pemerintah untuk melibatkan Taliban Pakistan dalam pembicaraan damai. Selama beberapa bulan terakhir pemerintah telah menawarkan pembicaraan perdamaian dengan pasukan Taliban.
Para pejabat militer mengatakan, sedikitnya 23 militan tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan di wilayah Mir Ali, Waziristan Utara. Bentrokan terjadi setelah serangan bunuh diri di pos pemeriksaan di daerah tersebut.
Sejak itu, pihak berwenang Pakistan memberlakukan jam malam di seluruh wilayah tanpa hukum. Warga juga mengatakan banyak orang yang melarikan diri dari rumah mereka sejak serangan penembakan dari helikopter tempur.
Salah seorang warga Muhammed Tayyab mengatakan, ia telah kehilangan istri dan tiga anaknya dalam penembakan tersebut. Pada hari pertama operasi militer, serangan peluru artileri menghantam ruang tempat istri dan tiga anaknya sedang tidur. "Pemerintah telah membuat mereka tidur untuk selamanya," ungkap Tayyab.
Warga menyebutkan korban sipil yang tewas dalam serangan tersebut mencapai lusinan. Menurut salah seorang pemimpin suku di Mir Ali yang tak mau menyebut namanya, pada hari pertama serangan hingga saat ini korban tewas berjumlah 70 orang.
"Sejumlah pengemudi truk, penjaga hotel dan toko, ditembak langsung. Puluhan tewas oleh pesawat tempur, mortir, dan artileri yang ditembakan pada penduduk sipil," katanya seperti dilansir Reuters.