REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mendesak agar Palestina dan Israel mempersempit perbedaan pendapat dalam pembicaraan damai. Menlu AS John Kerry menegaskan akan tetap menghendaki agar dua negara itu tetap berada di jalur diplomatik penyelesaian konflik.
Reuters melansir, Kerry bakal kembali ke ibu kota Ramallah dan Tel Aviv menyusul kelanjutan pembicaraan damai antara Palestina dan Israel. Dikatakan, Kerry hanya menjadikan misi kunjungan untuk membimbing delegasi menuju kesepakatan dua negara.
Kerry akan terbang dari Washington pada Rabu (1/1) waktu setempat. Kata dia, kesepakatan yang mesti terjadi selama kunjungannya adalah memastikan masa depan dua negara yang nantinya akan saling mengakui. Upaya tersebut, dia gagas sejak Juli 2013.
Namun, pembicaraan berjalan statis lantaran perbedaaan pandangan atas beberapa syarat. Sebelum setuju ke meja pembicaraan damai, Palestina memang memberikan dua syarat utama. Pertama dalah pembebasan warga Palestina yang ditahan Israel. Kedua penghentian pembangunan pemukiman Yahudi di Yerussalem Timur oleh Israel.
Israel menyetujui syarat pertama. Namun, syarat kedua berlangsung alot. Secara sepihak, Israel tetap melanjutkan pembangunan pemukiman Yahudi di tanah milik Palestina dan mengancam perdamaian. Palestina pun enggan melanjutkan pembicaraan damai.
Seorang pejabat senior di Deplu AS mengungkapkan, Kerry ingin agar kedatangannya kali ini dapat memastikan terealisasinya syarat tersebut. "Kerangka ini menjadi dasar di mana semua peluang negosiasi dapat dilakukan. Kita mengharapkan perjanjian damai yang final," kata dia.