REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan harga elpiji nonsubsidi tabung 12 kg akan memengaruhi tingkat indeks harga konsumen alias inflasi Januari 2014. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Sasmito Hadi Wibowo mengatakan kenaikan elpiji tentu akan berdampak kepada inflasi. "Saya kira cukup besar dampaknya, juga peranannya terhadap inflasi, karena itu kebutuhan kita," ujar Sasmito kepada wartawan di kantornya, kemarin.
PT Pertamina (Persero) per 1 Januari 2014 resmi menaikkan harga elpiji 12 kg sebesar 68 persen. Rata-rata kenaikan di tingkat konsumen sebesar Rp 3.959 per kg atau dengan kata lain kenaikan harga per tabung 12 kg adalah Rp 47.508. Dengan demikian, harga elpiji 12 kg akan mencapai Rp 117.708 per tabung. Salah satu dalih kenaikan ini adalah untuk menekan kerugian bisnis elpiji 12 kg yang mencapai rata-rata Rp 6 triliun per tahun.
Sebagai catatan gas, termasuk di dalamnya adalah elpiji 12 kg, merupakan kelompok pengeluaran yang memiliki andil terhadap inflasi. Dalam inflasi Desember 2013 0,55 persen, kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar menyumbang 0,20 persen dari 0,55 persen inflasi bulanan. Sedangkan laju inflasi kelompok ini terhadap inflasi 2013 8,38 persen adalah 6,22 persen.
Saat ditanya berapa tingkat inflasi Januari 2014, Sasmito mengatakan, "Desember, Januari, kan periode inflasi tinggi. Mudah-mudahan tidak beda jauh dengan Desember. Januari kan biasanya mendekati 1 persen." Sebagai gambaran, inflasi Januari 2013 tercatat 1,03 persen, Januari 2012 0,76 persen dan Januari 2011 0,89 persen.