Kamis 16 Jan 2014 22:25 WIB

'Bawa Pemikiran Gus Dur, Bukan Hanya Soal Gaet Suara'

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Djibril Muhammad
Almarhum mantan presiden Gus Dur
Foto: Wordpress
Almarhum mantan presiden Gus Dur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suara nahdliyin pendukung Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi daya tarik bagi partai politik menjelang perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Beberapa partai politik pun berusaha mengangkat nama Presiden keempat Republik Indonesia itu.

"Gus Dur itu jelas punya semua orang. Kami tidak pernah membatasi," kata putri bungsu Gus Dur, Inayah Wulandari Wahid, kepada Republika (16/1).

Ia mengatakan, keluarga tidak masalah ketika partai politik mengangkat nama Gus Dur. Namun, Inayah tidak sepakat jika partai politik hanya mengusung Gus Dur untuk mencari suara demi kepentingan pemilu.

Ia mengatakan, keluarga menginginkan siapapun yang mencintai Gus Dur dapat menyuarakan dan membawa pemikiran-pemikirannya. "Melaksanakan apa yang beliau bawa, bukan untuk mencari suara. Tetapi membawa perjuangan beliau," katanya.

Oleh sebab itu, Inayah mengatakan, pada haul Gus Dur keluarga membawa tema tersendiri. Ini menjadi langkah keluarga untuk menyuarakan perjuangan Gus Dur.

"Tema kita untuk haul Gus Dur, keikhlasan. Agar semua ikhlas berjuang untuk rakyat. Bukan hanya mencari suara dan kekuasaan," kata puteri keempat Gus Dur itu.

Inayah mengatakan, keluarga membolehkan partai manapun mengusung dan menggunakan atribut Gus Dur. Namun, ia mengatakan, memang ada wasiat ayahnya yang melarang penggunaan atribut yang berkaitan dengan Gus Dur untuk partai politik tertentu. Yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dipimpin Muhaimin Iskandar. "Itu yang kita pegang," ujarnya.

Meskipun begitu, Inayah mengatakan, keluarga tidak mengarahkan atau mendorong nahdliyin pendukung Gus Dur untuk mendukung partai tertentu.

Ia mengatakan, keluarga hanya berharap pilihan itu jatuh pada partai yang benar-benar membela rakyat. "Jelas untuk membela rakyat, mau menegakkan nilai-nilai yang dikampanyekan Gus Dur selama ini," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement