REPUBLIKA.CO.ID, KABANJAHE -- Pengungsi erupsi Gunung Sinabung di Gereja Batak Karo Protestan di Kecamatan Kabanjahe memanfaatkan waktu dengan menganyam untuk menghilangkan kejenuhan selama berada di lokasi pengungsian.
Dalam pemantauan di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Kabanjahe, Selasa, aktivitas menganyam tersebut dilakukan di aula dan halaman gereja.
Selain tikar, pengungsi juga membuat anyaman berbentuk tas berukuran kecil yang dapat digunakan untuk menyimpan benda-benda kecil.
Bahan anyaman yang dimanfaatkan pengungsi tersebut bukan hanya terbuat dari daun pandan, melainkan tali plastik yang banyak didapatkan di sekitar lokasi pengungsian.
Salah seorang pengungsi Pardi Beru Ginting mengatakan, kegiatan menganyam tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan kejenuhan dan perasaan lain yang kurang baik selama dalam pengungsian.
"Dari pada suntuk, lebih baik menganyam," kata pengungsi dari Desa Berastepu tersebut.
Disebabkan aktivitas menganyam tersebut untuk mengisi waktu yang luang, ia tidak terlalu memikirkan hasil kegiatan yang dijalankannya itu.
"Digunakan sendiri saja. Bahan diambil dari apa saja yang ada," katanya.
Namun pengungsi yang lain Sabar Menanti Beru Sitepu mengatakan, hasil anyaman tersebut dapat mendatangkan hasil secara ekonomi jika memiliki kualitas yang bagus.
Tidak jarang tikar hasil anyamannya dibeli pengelola gereja dengan harga Rp200 ribu meski harus dikerjakan sekitar dua minggu.
"Lumayanlah untuk membeli keperluan selama disini," kata pengungsi asal Desa Naman tersebut.