REPUBLIKA.CO.ID, PESHAWAR -- Enam orang, termasuk dua anak, tewas dan tujuh lain cedera dalam ledakan bom di kota Peshawar, Pakistan baratlaut, Kamis, kata sejumlah pejabat.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, yang dilakukan setelah gelombang kekerasan Taliban akhir-akhir ini terhadap militer.
Serangan udara yang dilancarkan kemudian sebagai pembalasan di kawasan suku baratlaut pada Selasa menewaskan sekitar 40 militan.
"Enam orang, termasuk dua anak, tewas dan tujuh lain cedera ketika mobil dipasangi bom yang diparkir di sebuah bengkel motor di daerah pinggiran Peshawar meledak," kata polisi senior Najeeb Ur Rehman kepada AFP.
"Sekitar 25 hingga 30 kilogram peledak digunakan dalam pemboman itu," tambahnya.
Seorang juru bicara rumah sakit pemerintah Lady Reading Hospital mengkonfirmasi jumlah korban dan mengatakan, dua dari mereka yang terluka berada dalam kondisi kritis.
Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.
Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.
Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.
Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.
Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.
Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011.