Sabtu 25 Jan 2014 00:16 WIB

Delegasi Suriah Menolak Bertatap Muka

Rep: Gita Amanda/ Red: Dewi Mardiani
Lakhdar Brahimi
Foto: AP/Michel Euler
Lakhdar Brahimi

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kedua belah pihak bertikai di Suriah menolak bertatap muka untuk melanjutkan pembicaraan damai di Jenewa, Jumat (24/1). Mereka rencananya akan bertemu dengan mediator PBB di ruangan dan waktu yang berbeda.

Pertemuan terpisah dua delegasi Suriah dinilai sebagai sebuah kemunduran besar bagi konfrensi perdamaian. Para penentang Presiden Bashar Al-Assad menolak menghadiri pembicaraan, kecuali ada tanda-tanda diserukannya pemerintah transisi di Suriah.

Diskusi tertutup dimulai pada Jumat, dalam suasana tak kondusif. Kedua belah pihak dan pendukung global saling membuat pidato tanpa kompromi sebelumnya dalam pembukaan konferensi. Ini membuat pertemuan langsung tampaknya tak mungkin dilakukan saat ini.

Pihak oposisi mengatakan, mereka datang untuk membahas pembentukan pemerintahan transisi yang akan menyingkirkan Assad dari kekuasaan. Sementara pihak Pemerintah Suriah mengatakan, mereka hanya mau membicarakan bagaimana memerangi terorisme di negara tersebut.

Delegasi oposisi kemudian memutuskan mereka tak akan bertemu dengan delegasi pemerintah. Kecuali delegasi pemerintah mau mendukung hasil dari konferensi Jenewa I, pada 2012 yang menyerukan transisi politik."Kami telah secara eksplisit menuntut komitmen tertulis dari delegasi rezim untuk menerima hasil Jenewa I. Jika tidak, tak akan ada perundingan langsung," ujar delegasi oposisi Haitham al-Maleh pada Reuters.

Juru bicara PBB Alessandra Vellucci mengatakan, mediator PBB Lakhdar Brahimi pertama-tama akan bertemu dengan delegasi pemerintah pada hari Jumat. Kemudian Brahimi, menurutnya, akan berbicara dengan perwakilan Koalisi Nasional Suriah. "Saya tak bisa mengatakan apa-apa tentang apa yang akan terjadi dalam beberapa haari ke depan," ujar Vellucci.

Bahkan sebelum pengumuman pembicaraan langsung dibatalkan, prospek telah meredup. Penasehat Assad, Bouthaina Shaaban, menyalahkan koalisi dan mempertanyakan apakan mereka siap untuk berunding mengakhiri kekerasan. "Kami datang ke sini dengan negara dan rakyat Suriah pada pikiran kami, mereka datang ke sini dengan posisi dan pemikiran mereka," katanya.

Brahimi telah mengindikasikan tujuannya saat ini adalah mulai mencari langkah-langkah praktis. Termasuk di antaranya gencatan senjata lokal, pertukaran tahanan, dan akses pengiriman bantuan internasional.

Perang sipil Suriah telah menewaskan sedikitnya 130 ribu orang. Sepertiga dari 22 juta orang warga Suriah telah meninggalkan rumah mereka dan bergantung pada bantuan. Di antara rintangan yang terus ada, para militan Islam yang menguasai sebagian wilayah memboikot pembicaraan. Mereka mengatakan, siapa pun yang menghadiri negosiasi dianggap pengkhianat. Iran, pendukung utama Assad juga tak menghadiri pertemuan Jenewa II.

sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement