REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Bali selama ini masih aman dari terjangan banjir. Namun hujan yang turun seharian pada Kamis (23/1) hingga Jumat (24/1) dini hari, telah mengakibatkan banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah.
Akibat tanah musibah itu, lima orang dinyatakan tewas. Empat di Kabupaten Buleleng dan seorang di Kecamatan Banturiti Kabupaten Tabanan.
Selain di Buleleng dan Tabanan, musibah banjir trjadi di Kabupaten Jembrana danKabupaten Gianyar, sedangkan tanah longsor di Kabupaten Bangli.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangli, bencana di daerah itu terparah terjadi di kawasan Batur Selatan, dimana tanah longsor telah membuat sebuah babgunan rumah rata dengan tanah.
"Ada enam titik lokasi bencana pada enam kecamatan di Bangli dan di Batur yang paling parah," kata Kepala BPBD Bangli, Wayan Sugiarta.
Empat korban meninggal di Buleleng yakni terjadi di Desa Galungan, Kecamatan Sawan menewaskan mahasiswi STKIP Singaraja Kadek Ayu Sri Padmini (20). Korban tewas akibat terseret banjir bandang yang terjadi karena longsor. Sementara seorang warga Buleleng, Made Ayu Budi Utami (13) di Kolapksa, Kecamatan Seririt tewas ditimpa tembok roboh.
Dua korban lainnya yakni Putu Wijaya (45) dan Made Sudarsana (40) keduanya warga Kabupaten Gianyar. Kedua korban tewas setelah mobil Toyota Rush yang mereka kendarai terseret longsor ke kedalaman 30 meter di Desa Mengening, Kecamatan Kubu Tambahan.
Sedangkan di Baturiti, warga Desa Mekarsari bernama Ni Made Metri (58), tewas akibat tertimpa pohon enau setinggi delapan meter yang roboh akibat longsor. Pohon tumbang itu juga mengakibatkan dua warga lainnya yakni Ni Luh Wayan Novi (18) dan Wayan Alit Nursana (20) mengalami luka ringan.
Selain rumah roboh, tanah longsor dan korban meninggal, bencana di Buleleng juga menimbulkan kerugian masyarakat seperti sepeda motor yang hanyut dibawa banjir. Akibat longsor juga mengharuskan pemerintah menutup sementara waktu objek wisata air terjun Sekumpul di Kecamatan Sawan.
Sedangkan belasan kepala keluarga yang tinggal di pinggiran sungai Desa Galungan, mengungsi ke areal pura yang kondisinya lebih aman.
Ayah korban meninggal Ayu Sri Padmi, I Wayan Pardi (49) mengatakan, anaknya terseret banjir bandang dalam perjalanan pulang kuliah. Padahal orang tuanya, sudah meminta dia memutar ke jalan lain, yakni lewat Pakisan. "Yang namanya musibah mau apa lagi. Ini sudah ketentuan Yang Kuasa," katanya.