Rabu 29 Jan 2014 12:26 WIB

Survey BPS: Penyelenggaraan Ibadah Haji 2013 Memuaskan

Pasukan Tenaga Pengantar Obat (Tepat) siap mengantarkan obat dengan berbekal sepeda dan motor untuk menembus keruwetan Makkah.
Foto: Kemenag/Media Center Haji
Pasukan Tenaga Pengantar Obat (Tepat) siap mengantarkan obat dengan berbekal sepeda dan motor untuk menembus keruwetan Makkah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jajaran Kemenag RI boleh berbangga. Hasil survey yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) selama musim haji 2013 mengungkapkan, indeks kepuasan penyelenggaraan ibadah haji periode 2013 secara umum tergolong memuaskan. Nilai yang dicatat BPS sebesar 82,69 persen.

Nilai tertinggi diperoleh pada pelayanan Penyelerangga Ibadah Haji Khusus (PIHK) dengan skor 96,95 atau  sangat memuaskan. Dengan skor nilai tersebut, survey BPS juga pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji tahun 2013 jauh lebih meningkat dibanding tahun 2012.

Disebutkan, aspek pelayanan dengan pemenuhan harapan tertinggi terdapat pada pelayanan petugas kloter (87,77 persen dan terendah pada pelayanan catering di Madinah dan Jeddah (80.21 persen). Dari aspek pelayanan publik, tertinggi pada indikator courtesy dan empathy (sikap, keramahan, dan kepedulian) sebesar 85,22 persen. Sedangkan terendah pada reliability and credibility (kemudahan memperoleh pelayanan dan dapat dipercaya) sebesar 80,11 persen.

Secara keseluruhan, indeks kepuasan di Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk pelayanan kesehatan jamaah haji sebesar 90 persen atau sangat memuaskan. Tak hanya itu, survey juga menyebutkan, pelayanan yang diberikan petugas kloter (yang mendampingi jamaah dari Tanah Air) mendapat respons positif dari jamaah. Nilai kepuasan mencapai 85,77 persen, paling tinggi dibanding pelayanan lainnya. Salah satu faktor tingginya nilai kepuasan ini adalah penampinan petugas kloter, kerapihan berpakaian, dan fasilitas yang digunakan petugas. Faktor lainnya adalah sikap, keramahan, dan kesopanan petugas klter dalam melaksanakan pelayanan.

Mengenai rendahnya pelayanan catering baik di Jeddah maupun Madinah disebabkan variasi makanan dan minuman Indonesia yang cenderung monoton. Sebab lainnya kesesuaian cita rasa makanan dan minuman dengan selera jamaah yang masih kurang. Kondisi ini disebabkan karena masih sedikitnya perusahaan catering yang mempekerjakan koki dari Indonesia dan mengimpor bumbu dapur langsung dari Tanah Air.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement