REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Eks Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar mengaku meminta dana Rp 3 miliar untuk membantu pengurusan sengketa Pemilukada Gunung Mas.
"Untuk biaya pengurusan perkara. Kalau dia mau minta tolong, ya disiapkan segitu," kata Akil, saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (30/1). Akil saat itu bersaksi dalam kasus dugaan penyuapan pengurusan sengketa Pemilukada dengan terdakwa Chairun Nisa, Bupati Gunung Mas Hambit Bintih, dan pengusaha Cornelis Nalau.
Chairun Nisa menjadi penghubung Hambit dengan Akil. Dalam pembicaraan pada September 2013 itu, Akil mengatakan, Chairun Nisa sempat menawar. Seingat dia, tawarannya sekitar Rp 2-2,5 miliar. Namun, Akil menolak. "Saya jawab tidak. (Tapi) tidak spesifik seperti itu," ujar mantan anggota DPR RI itu.
Selain pernah menawar, Akil mengaku, Chairun Nisa juga sempat meminta fee. Namun, dia juga tidak memberikannya. Akil malah mengatakan, kalau ingin dibagi, maka nilainya menjadi Rp 9 miliar. Sempat muncul pertanyaan apakah Rp 9 miliar itu untuk sembilan hakim. Namun, Akil menyangkalnya. "Bukan. Kan dia minta dibagi dua. Kalau mau satu satu. Dia sebagian, saya sebagian (Rp 4,5 miliar)," kata dia.
Menurut Akil, Chairun Nisa mengatakan akan menyampaikan persoalan dana itu kepada Hambit. Namun, dia tidak bisa memastikan apakah pembicaraan itu sampai pada Hambit. Ia juga mengaku tidak pernah mendapat jawaban apakah Hambit bersedia memberikan dana untuk pengurusan itu.
Akil membenarkan meminta untuk segera 'dibereskan' persoalan dana itu. "Harus ada kepastian lah," ujar dia. Jawaban yang sempat memancing tawa pengunjung sidang.
Namun, Akil mengatakan, tidak pernah mendapat kepastian mengenai dana itu. Memang, menurut dia, Chairun Nisa pernah mengirim pesan akan datang ke rumah dinasnya. Chairun Nisa saat itu baru mendarat di bandara dan mengatakan akan mengambil 'barangnya' terlebih dulu. Akil tidak memahami barang itu sebagai uang. "Saya tidak tahu. Kan dia di bandara, apa ambil barang di bagasi atau apa," kata dia.
Akil mengatakan, Chairun Nisa tidak pernah menyebut akan mengantarkan dana atau uang dalam pesannya. Karena itu, saat Chairun Nisa bersama Cornelis datang pada 2 Oktober, Akil mengaku tidak tahu akan adanya pemberian uang.
Akil mengatakan diberitahu ajudan ada tamu yang menunggu di teras rumah. Ketika keluar, Akil mengaku sudah ada petugas KPK yang menangkap Chairun Nisa dan Cornelis.
Ketika itu, menurut Akil, penyidik KPK melakukan penggeledahan. Ia melihat penyidik menemukan empat amplop cokelat dari Cornelis dan kemudian barang tersebut ditaruh di atas meja. Akil mengaku tidak mengetahui jika amplop itu ternyata berisi uang. "Saya hanya diperlihatkan uang itu hasil penggeledahan," ujar dia.
n Irfan Fitrat