Sabtu 01 Feb 2014 16:43 WIB

Kisah Pengamen Fans Bung Karno Vs Aparat

Rep: Indah Wulandari/ Red: Agung Sasongko
Petugas Polsek Metro Sawah Besar menertibkan sejumlah preman dan pengamen dalam razia kejahatan dalam bus di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (13/11).   (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Petugas Polsek Metro Sawah Besar menertibkan sejumlah preman dan pengamen dalam razia kejahatan dalam bus di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (13/11). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK--Wajah polos khas Jawa itu melongok pintu Kopaja 19 jurusan Tanah Abang-Blok M. Seperti layaknya pengamen ia melontarkan niatnya mengais sedikit rezeki, namun pemuda berusia sekitar 18 tahun ini unik dengan rasa nasiolismenya yang kental bercerita sejarah kemerdekaan.

"Maaf, Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, saya tidak membawa gitar karena saya hanya berniat sementara untuk mengamen. Saya ingin kuliah di kampus IISIP yang akan membuka pendaftaran dua bulan lagi," cetus si pemuda asal Desa Terlangu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah itu.Mengalirlah seru-seruan mirip cerita yang dirangkai dalam tepuk tangannya.

Pemuda bernama Ali Wardhoyo itu hapal kronologi sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dari mulai peran Sumpah Pemuda 1928, penjajahan Jepang, hingga cerita di balik teks Proklamasi Kemerdekaan.

"Lihatlah Soekarno saja berani melawan intelijen Rusia yang ingin menekannya," ujar Ali dilanjutkan dengan ajakan agar para penumpang seberani Sang Putra Fajar untuk mempertahankan harga diri bangsa.

Idealisme serta pernyataan berapi-api si anak jalanan ini rupanya juga diuji. Demi mempertahankan kaos warna hitam bergambar proklamator Ir Soekarno, harga dirinya rela dikorbankan. Salah satu anak didik Sekolah Master Depok ini mengaku ditangkap tanpa alasan oleh aparat pada Rabu (29/1) lalu.

Ia ditangkap dan kemudian ditelanjangi. Bukan hanya itu, rambutnya dicukur secara asal-asalan dan ia disuruh push up sebanyak 25 kali. Baju kebanggaan dan celananya pun dirobek dan kemudian dibakar.

"Apa yang dilakukan aparat Kota Depok tersebut membuat saya  merasa dipermalukan. Saya ikut merasa harga diri pemimpin bangsa Indonesia yang tergambar di kaos saya tadi sama dengan menginjak harga dirinya juga," cetus Ali dalam emailnya.

Kejadian semacam, menurutnya, sudah seringkali terjadi pada teman-teman senasibnya di jalanan. Terutama bagi mereka yang mencoba mencari rezeki dengan menjadi 'Pak Ogah' atau pengatur jalanan."Saya mengirimkan surat pembaca ini agar aparat tidak bertindak semena-mena kepada warga sipil," jelas Ali yang bercita-cita mengumpulkan uang sebagai biaya masuk kuliahnya nanti dengan berbagai cara yang halal.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement