REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Madya TNI Hari Bowo mengatakan penamaan KRI Usman Harun yang segera memperkuat armada TNI AL sudah final, meski mendapat protes dari Singapura.
"Penamaan sudah final. Kami tidak ada masalah," kata dia di Batam, usai menghadiri peresmian KN Kuda Laut milik Bakorkamla, Sabtu (8/2).
Ia mengatakan, kapal tersebut akan digunakan untuk Armada RI Kawasan Timur namun bisa juga dioperasikan untuk pengamanan seluruh wilayah perairan Indonesia.
"Akan ditempatkan di armada wilayah Timur. Namun bisa beroperasi di seluruh wilayah," katanya.
Wakasal mengatakan, bagi TNI AL tidak ada masalah meski Singapura menyatakan keberatan atas penamaan kapal tersebut. Sementara Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto di Batam tidak mau banyak berkomentar soal protes Singapura tersebut.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Untung Suropati mengatakan, proses penamaan kapal itu sudah melalui prosedur dan dilakukan anggota tim yang ditunjuk.
"Kami memilih nama KRI Usman Harun karena mereka adalah pahlawan nasional yang berjasa kepada bangsa ini," katanya di Jakarta, Kamis (8/2).
Sebelumnya diberitakan pemerintah Singapura menyatakan keprihatinannya atas penamaan kapal baru milik TNI Angkatan Laut dengan nama KRI Usman Harun. Protes tersebut dilatarbelakangi peristiwa konfrontasi antara Malaysia dan Indonesia tahun 1962-1966.
Akibat konfrontasi tersebut, pada 10 Maret 1965 dua anggota Korps Komando atau KKO (kini Marinir) Indonesia, yakni Usman Haji Mohamed Ali dan Harun Said melakukan pengeboman di MacDonald House, Orchard Road, Singapura, yang menewaskan tiga orang dan melukai 33 lainnya.
Gabungan dua nama Usman dan Harun inilah yang saat ini dipakai sebagai nama kapal Angkatan Laut yang baru.