Sabtu 08 Feb 2014 23:13 WIB

Rokhmin: Ulama Harus Turun Tangan Atasi Bangsa

Rep: Zaky Al Hamzah/ Red: Didi Purwadi
Rokhmin Dahuri (kiri) menjadi pembicara pada Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan Harlah ketiga Pesantren Al Hikam Depok
Foto: foto: damanhurizuhri/republika
Rokhmin Dahuri (kiri) menjadi pembicara pada Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan Harlah ketiga Pesantren Al Hikam Depok

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Anggota Dewan Pakar Majelis Nasional KAHMI, Rokhmin Dahuri, menyarankan agar para ulama turun tangan mengatasi persoalan bangsa. Kondisi bangsa dinilai sudah sangat mengkhawatirkan, terutama sektor ekonomi dan sumber daya alam (SDA) yang semakin dikuasai asing.

"Ulama harusnya berperan serta, terutama mengawasi penguasaan sumber daya alam," ujar Rokhmin, di hadapan 300 ulama 300 ulama dan cendekiawan pesantren dari semua daerah di Indonesia, dalam 'Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan' di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok, Jawa Barat, Sabtu (8/2).

Rokhmin mengatakan meski secara makroekonomi Indonesia memang merupakan dari salah satu negara yang berhasil mengatasi krisis ekonomi global, namun dari mikroekonomi belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

"Mengapa pertumbuhan ekonomi yang lumayan tinggi, rata-rata 5,4 persen per tahun dalam sepuluh tahun terakhir, tidak dapat mengatasi pengangguran dan kemiskinan secara signifikan," kata menteri kelautan dan perikanan RI periode 2001-2004.

Atas pertanyaan tersebut, Rokhmin menegaskan hal itu karena pertumbuhan ekonomi nasional belum berkualitas. Pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati sekitar dua ratus orang kaya.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi selama dekade terakhir sebagian besar dihasilkan dari sektor finansial dan sektor riil non-tradable (seperti kontruksi angkutan, pasar swalayan/pusat perbelanjaan, dan hiburan). Sayangnya, kata dia, sektor-sektor tersebut cuma sedikit menyerap tenaga kerja.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement