REPUBLIKA.CO.ID, PODGORICA -- Sebanyak sembilan polisi terluka di Ibu Kota Montenegro, Podgorica, Sabtu (15/2), ketika batu dilemparkan dari ratusan orang yang menuntut pembubaran pemerintahan. Pengunjuk rasa terpicu kemarahannya akibat tingginya angka pengangguran dan lambatnya reformasi ekonomi.
Spanduk yang meminta pemerintahan Montenegro dibubarkan membentang di depan kantor pusat pemerintahan setempat. Para pengunjuk rasa sebenarnya tidak memiliki dukungan politis.
Namun mereka merespons pada sebuah akun Facebook bernama 'Revolusi di Montenegro-Semua Orang Turun ke Jalan'. Akun tersebut setelah itu tak bisa ditemukan lagi.
Montenegro merupakan negara kedua bekas Republik Yugoslavia yang timbul kericuhan sepanjang 10 hari terakhir. Pada 7 Februari 2014 pengunjuk rasa di Bosnia membakar bangunan milik pemerintah dan terlibat kericuhan dengan polisi dalam aksi demonstrasi sipil terbesar sejak perang di tahun 1992-1995.
Angka pengangguran di Montenegro, kandidat keanggotaan Uni Eropa, meningkat. Hampir satu per tiga dari anak muda dalam usia 23 hingga 30 tahun tidak memiliki pekerjaan.
Survei terbaru yang dilakukan Eurobarometer mengindikasikan sekitar 40 persen orang Montenegro melihat pengangguran sebagai masalah terbesar bangsa mereka.