REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DPRD mendukung langkah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang merombak kabinetnya. Menurut anggota DPRD DKI Jakarta dari Komisi A Abdul Aziz pergantian pejabat perlu dilakukan untuk memberikan nuansa baru dalam pemerintahan.
Namun, Aziz tidak setuju jijka rombak kabinet ini disebut sebagai upaya 'bersih-bersih' pejabat yang diangkat di era Gubernur Fauzi Bowo. Ketika berbincang dengan Republika, Aziz berkata, rombak kabinet ini dilakukan Jokowi karena ia harus memilih pejabat yang bisa mengikuti irama kerjanya.
"Ini sesuatu yang normal terjadi. Saya lihat Jokowi perlu orang-orang yang menurut dia cocok dengan apa yang dia kerjakan. Kalaupun ada subyektifitas dari pimpinan (dalam memilih pejabat), itu sesuatu yang terjadi dimana-mana," ujar politikus Fraksi PPP, Senin (17/2).
Menurut Aziz, format baru di Satuan Kerja dan Perangkat Daerah (SKPD) Pemprov DKI sekarang lebih dinamis. Sehingga, Aziz berharap, pejabat-pejabat yang baru dilantik pada Rabu (12/2) kemarin bisa membantu percepatan pembangunan di ibu kota.
Jokowi melakukan bongkar pasang kabinet di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ia melantik 33 pejabat Eselon II. Dari jumlah tersebut, delapan di antaranya merupakan kepala dinas.
Tiga dari delapan kepala dinas yang diganti memang sempat tersangkut masalah. Yang sedang hangat dibicarakan adalah mantan kepala dinas perhubungan Udar Pristono. Udar dicopot menyusul terbongkarnya kasus rusaknya 13 bus Bus Kota Terintegrasi Busway dan bus Transjakarta yang baru dibeli dari Cina.
Bukan hanya Udar, Kepala Dinas Kebersihan Unu Nurdin juga tersandung masalah pengadaan 200 truk sampah yang gagal. Sedangkan Taufik Yudi Mulyanto tersandung masalah lelang jabatan kepala sekolah yang diduga ada rekayasa.
Namun, ada satu kepala dinas yang aman, yakni Manggas Rudi Siahaan. Ia tidak dicopot Jokowi sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum. Padahal, sejumlah pihak menganggap lambatnya perbaikan jalan di ibu kota pascabanjir menjadi tanggung jawabnya. Namun, Jokowi punya alasan sendiri mengapa mempertahankan Manggas.
Jokowi menilai, Manggas sudah menunjukkan kerja kerasnya sehingga tidak ada alasan untuk mencopotnya. "Yang namanya Pak Rudy, hampir setiap hari pukul 03.00 pukul 04.00 WIB sama saya ke lapangan. Itu menunjukkan dia mau kerja," kata Jokowi.