REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Perdana Menteri Libya, Ali Zeidan, Selasa (18/2) malam waktu setempat mengatakan satu kompromi telah dicapai dengan milisi bekas pemberontak yang memberikan parlemen sementara Libya satu batas waktu untuk menyerahkan kekuasaan.
Milisi yang beranggotakan bekas pemberontak dari kota barat Zintan itu memberikan Kongres Majelis Nasional (GNC) --badan politik tertinggi negara Libya-- satu batas waktu untuk mundur. Mereka mengancam akan menangkap para anggota GNC yang mengabaikannya.
Zeidan mengatakan batas waktu itu telah diperpanjang 72 jam sejak Selasa. Tetapi, dia tidak merinci lebih jauh mengenai kompromi itu.
Krisis itu muncul tiga tahun setelah pemberontakan Arab Spring menggulingkan diktator Muammar Gaddafi. Tetapi, pemberontakan meninggalkan negara Afrika utara itu dengan satu pemerintah pusat yang lemah yang berjuang untuk menertibkan bekas brigade-brigade pemberontak.