Sabtu 22 Feb 2014 16:59 WIB

LDK Mewarnai Kehidupan Kampus

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Kampus UIN Malang, Jawa Timur.
Foto: Republika/Damanhuri
Masjid Kampus UIN Malang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, Kehadiran LDK mewarnai kehidupan kampus menjadi bernuansa Islam. Muncul para pemuda berbaju koko, berkopiah, dan pemudinya pun berjilbab panjang. Nasyid menjadi familiar ditelinga mahasiswa.

Masjid-masjid kampus tak pernah sepi, selalu diisi perkumpulan-perkumpulan yang mempelajari ilmu agama. Belum lagi, jika ada perayaan hari besar Islam.

Menilik di salah satu kampus, yakni Universitas Indonesia, terdapat LDK Nuansa Islam (Salam) yang berperan sebagai juru kunci dakwah. LDK tersebut menjadi pusat dakwah seluruh kampus yang bermarkas di Masjid UI. Dengan bantuan LDK-LDK "kecil" di setiap fakultas, makin gencarlah kegiatan mereka dalam berdakwah dan merekrut para ikhwan.

Setiap tahun ajaran baru, banyak mahasiswa bergabung. Tak hanya itu, di beberapa fakultas menerapkan sistem wajib bagi mahasiswa baru untuk mengikuti kumpulan studi Islam yang dulu disebut “Usrah” atau sekarang lebih familiar dengan sebutan “Liqo”.

Kampus yang dihuni para calon intelektual muda menjadi penuh ragam. Para aktivis Muslim amat mencolok kehadirannya. Mereka berkumpul, mengenakan atribut Muslim dalam kegiatan perkuliahan. Sebutan akhi, ukhti, ikhwan, akhwat, afwan, syukron, serta istilah bahasa Arab lain pun menjadi komunikasi yang biasa didengar di kampus.

Mereka gencar mengajak mahasiswa Muslim untuk ikut serta dalam kegiatan. Dakwah mereka pun sangat kental dengan pemikiran pembaruan di Timur Tengah. Mereka menyebarluaskan pemikiran tersebut di seluruh kalangan mahasiswa Muslim dari yang taat beribadah, hingga Muslim yang tak memahami Islam secara mendasar.

Jaringan LDK menjadi pelaku utama dalam dakwah kampus dan menyediakan wahana dan mekanisme perukrutan kader di kampus dan sekolah. Para dai alumni pesantren menjadi pengajar materi keislaman dan menjadi mentor pengamalan ajaran Islam sekaligus menyumbangkan pengalaman berdakwah di masyarakat.

Para alumnus perguruan tinggi Timur Tengah menjadi transmiter ideologi, manhaj, pemikiran, dan strategi Ikhwanul Muslimin (IM).

Ketua Pusat Komunikasi Nasional Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (Puskomnas FSLDK) Adi Inzar Kusuma mengatakan, selama lebih dari dua puluh tahun LDK berkembang dari gerakan elite, komunitas, dan sekarang menjadi kenyataan sosiologis yang lebih luas lagi. Masyarakat kampus pada umumnya mulai terwarnai.

Tren busana Muslimah, nasyid, buku-buku pergerakan Islam, daurah-daurah, dan mentoring telah mengubah citra kampus yang sekuler, feodal, dan hedonistis menjadi “Pesantrean Modern” yang membuat kampus menjadi terasa Islami, egaliter, sederhana, dan religius.

“LDK adalah modal dasar perjuangan. Ia merupakan basis moral dan basis sosial dari pergerakan mahasiswa Muslim. Oleh karena itu, LDK tidak boleh meninggalkan fungsi utama untuk membentuk kualitas kader andal sekaligus terus melahirkan produk di berbagai aspek kehidupan dalam rangka membentuk masyarakat Islami,” ujar Adi dikutip dari laman Puskomnas FSLDK.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement