REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Satuan Remaja Anak dan Wanita (Renakta) Polda Metro Jaya memeriksa enam anak dari Panti Asuhan Yayasan Kasih Sayang Bunda, atas dugaan penganiayaan dan penelantaran yang diterimanya. Mereka diduga mendapatkan penganiayaan tersebut di panti yang berlokasi di Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.
Pemeriksaan dilakukan sejak pukul 12.00 - 16.00 WIB berkisar soal penganiayaan. ''Pemeriksaan korban, perlakuan yang di dapatkan, mereka dipukul pakai sapu, gesper, selang, dan makanannya hanya mi instan,'' kata dia, Senin (24/2).
Kejadian ini, lanjutnya, terungkap ketika ada laporan dari donatur panti tersebut. Donatur melihat anak yang tidak terurus, kurus, dan sempat menemukan luka di sejumlah bagian tubuh anak. Lalu, pada saat tujuh anak mendapat izin ke warung internet, mereka langsung melarikan diri ke salah seorang rumah donatur.
Sebenarnya, ada pengasuh mereka yang bernama Ibu Sumini. Menurut anak-anak, Sumini berperilaku baik, hanya tidak berani melaporkan adanya penganiayaan. ''Akhirnya, mereka minta perlindungan ke donatur, dan kemudian baru lapor ke kita,'' kata Gading.
Gading mengatakan, di panti tidak adanya kegiatan, bahkan mereka tak mengenal pendidikan. Sumbangan donatur tidak pernah digunakan untuk keperluan anak. ''Iya mereka bilang tidak tahu orang tuanya, mereka pun tidak punya akte, tidak mengenal bangku sekolah, tidak pernah ada kegiatan. Malahan, ada seorang bayi yang dibiarkan begitu saja."
Di saat ada donatur yang akan datang, kata Gading, maka segalanya disiapkan oleh pemilik yayasan. Para donatur tahu soal panti itu dari website www.pantisamuel.com yang merawat anak pemberian orang (seperti PSK yang melahirkan anak).
Pantauan Republika, enam anak berinisial J (12 tahun), Y (13), YE (14), LA (17), JJ (9), YA (13), tampak senang bermain ayunan di depan Subdit Renakta Polda Metro Jaya. Mereka didampingi dua pengacara. Mereka bertubuh kurus, bersandal jepit, dan ada yang kulitnya gatal.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto, mengatakan bahwa kepolisian tengah memeriksa kasus tersebut dan menunggu hasil visum anak-anak panti asuhan. Polres Kabupaten Tangerang bahkan sempat mendatangi lokasi pada Jumat (21/2) sekitar pukul 17.00 WIB.
Menurut Rikwanto, Panti Asuhan bayi dan anak tersebut milik Chemy Watulingas alias Samuel yang terletak di Jalan Kelapa Gading Barat, Blok AG 15 No 1 Rt 12 /02, Kelurahan Pakulonan Barat, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. ''Namun setelah tiba di alamat tersebut ternyata sudah dua minggu pindah ke alamat yang baru. Di sektor 6 Blok GC 10 No 1 Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang,'' kata dia.
Rikwanto mengatakan, pihaknya menerima laporan dari Gading Satria Nainggolan tentang kasus dugaan tindak pidana penelantaran dan diskriminasi terhadap anak.
Kasus ini juga masih diselidiki Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). "Saat ini KPAI masih terus melakukan advokasi, kita tunggu saja hasilnya bagaimana," kata Ketua KPAI, Asrorun Niam Soleh.
Sementara itu, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) juga akan menyelidiki kasus penganiayan dan kekerasan di panti itu. "Kita akan selidiki kasus dari laporan yang masuk. Apalagi, sampai ada laporan kematian terhadap seorang balita di panti asuhan ini," kata Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, di Tangerang.
Karenanya, Komnas PA membawa 12 anak dari panti itu. Ada yang masih balita, usia sekolah, dan juga dewasa. Sisanya menyusul untuk dibawa. Mereka seluruhnya akan di bawah perlindungan Komnas PA hingga kasus dugaan penganiayaan dan kekerasan selesai. Sebab, panti asuhan yang menjadi tempat berkumpulnya anak, sangat tidak layak dan tidak memenuhi standar yang ada.
Dalam proses evakuasi, Yuni Winata, istri Pendeta Samuel, menolak anak asuhnya dibawa. "Ini adalah anak kami dan yang mengasuhnya. Kenapa harus dibawa, sebab di sini mereka semua di berikan pelayanan. Saya harus ikut ke mana pun anak itu pergi," katanya.
Samuel, pemilik panti asuhan itu, membantah tindak kekerasan terhadap anak asuhnya. Dia menyatakan kesediaannya memberikan keterangan kepada KPAI dan kepolisian soal adanya penyekapan dan kekerasan. "Saya selalu siap," katanya. Dia juga membantah seorang balita meninggal karena disiksa. "Tidak benar meninggal karena disiksa, tetapi sakit."