Oleh: Nashih Nashrullah
Gaya Bizantium di Kota as-Salamiyah
Pemandian umum di As-Salamiyah memiliki gaya arsitektur yang unik. Sejarawan menduga, konsep dan pembangunannya dimulai pada Era Dinasti Ayyubiyah. Dekorasinya memadukan corak Bizantium dan gaya Mediterania.
Letaknya berada di pusat Kota as-Salamiyah, berdekatan langsung dengan Benteng Bizantium. Pemandian ini dilengkapi dengan fasilitas air panas, hangat, dan dingin.
Selain sebagai tempat kesehatan, fasilitas umum itu juga digunakan sebagai tempat pertemuan warga. Sayang, akibat perang saudara tak berkesudahan di Suriah, nasib peninggalan bersejarah tersebut belum diketahui hingga ini.
Interior menawan hammam di Mughal
Sebuah lukisan ditemukan pada 1994 yang menggambarkan desain megah kamar mandi di Era Mughal, India. Struktur asli adalah ruang oktagonal dengan kubah oculus.
Kubah itu sendiri telah dihiasi dengan popok-pola grid. Dinding bawah diartikulasikan dengan lengkungan tersembunyi dan dihiasi marmer dengan motif bunga merah dan hijau. Lantai batu telah didekorasi dengan pola grid mawar pusat dan dekorasi sentral yang menyerupai karpet.
Untuk struktur dasar ini, pemilik baru telah menambahkan piano dan bangku di depan jendela. Dalam sebuah ceruk di lengkungan di balik piano merupakan kumpulan dari kaca dan batu benda mereka.
Relaksasi di Ruang El-Basha
Hammam al-Basha dibangun pada akhir abad ke-18 oleh Gubernur Acre, Jazzar Pasha. Penamaan semula adalah Hama al-Jadid, lalu diubah ke Hammam al-Basha untuk menghormati el-Jazzar. Konstruksi kamar mandi bergaya Turki ini merupakan bagian dari transformasi Acre selama Periode Ottoman.
Selama sekitar 150 tahun—dari awal Perang Kemerdekaan 1948—hammam berfungsi sebagai rumah mandi yang aktif.
Selain fungsi agama guna memenuhi perintah bersuci sebelum shalat, hammam juga berfungsi sebagai situs untuk pertemuan sosial, istirahat, hiburan, dan perayaan. Termasuk, lokasi saling bertukar gosip-gosip baru seputar sosial, politik, dan kekuasaan.