Kamis 27 Feb 2014 16:07 WIB

Di Maroko Islam Bersemi

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Chairul Akhmad
Salah satu sudut Kota Fez, Maroko.
Foto: Allposters.com
Salah satu sudut Kota Fez, Maroko.

REPUBLIKA.CO.ID, Islam merupakan agama terbesar di Maroko dengan jumlah Muslim sekitar 98,7 persen dari populasi. Islam pertama kali dibawa ke Maroko pada 680 M saat invasi Arab di bawah pimpinan Uqba ibn Nafi, seorang jenderal Dinasti Umayyah di Damaskus.

Maroko memang mempunyai peranan besar dalam sejarah Islam, terutama dalam menyebarkan Islam di wilayah Afrika Utara dan sebagai pintu gerbang masuknya Islam ke Spanyol (Andalusia), Eropa. 

Menara Masjid Koutoubia di Marrakesh diperkirakan dibangun oleh ahli bangunan Sevilla, Guever pada abad ke-12. Ekspansi Islam ke Maroko dimulai ketika negeri itu ditaklukkan oleh Musa bin Nusair pada masa al-Walid I bin Abdul Malik (705-715 M), khalifah keenam Dinasti Umayyah.

Segala persiapan ekspansi Islam ke daratan Eropa dilakukan melalui negeri ini. Setelah dinasti Umayyah jatuh ke tangan Dinasti Abbasiyah, Maroko menjadi kekuasaan Bani Abbas.

Kemudian di negeri ini muncul dinasti-dinasti kecil. Pada 172 H/789 M, Idris I bin Abdullah, salah seorang keturunan Ali RA membentuk pemerintahan Idrisid yang kemudian bertahan hingga 364 H/974 M.

Pada 829 M, elite lokal mendirikan sebuah negara Idrissid dengan ibu kota di Fès yang  mendominasi seluruh Maroko. Maka dimulailah siklus naik dan turun dinasti Islam, termasuk Almoravid (1062-1147 M) yang membangun ibu kota di Marrakesh.

Pada 788 M, Zaydi Shia Idrisi memerintah sebagian besar wilayah Maroko. Tidak lama kemudian, beberapa suku Berber membentuk dinasti Islam yang sangat kuat di seluruh negeri. Di antara mereka adalah suku Almoravid yang pertama kali menyatukan Maroko. Suku inilah yang membangun sekolah Maliki yang paling terkemuka di Maroko.

Suku Almohad (1147-1269 M) terkenal karena membangun Masjid Koutoubia. Sedangkan Merenids (1269-1465 M) dikenal karena Masjid mereka yang indah dan madrasah di Fès. Suku Saadians (1524-1659 M) membangun Palais el-Badi di Marrakesh, dan Alawi (1659-sekarang).

Prancis mengambil alih pada 1912 M, membangun ibu kota di Rabat dan menyerahkan zona utara kepada Spanyol. Oposisi dari suku Berber di pegunungan hancur, tapi mereka pindah ke jalur politik dengan membentuk Partai Istiqlal (kemerdekaan).

Pada 2008 M, hubungan Iran dan Maroko hampir hancur ketika pemerintah Maroko menuduh Kedutaan Besar Iran di Maroko mempromosikan Islam Syiah. Sekitar 99 persen  warga Maroko beragama Islam, selebihnya memeluk agama Yahudi dan Nasrani.

Jumlah rakyat Maroko sekitar 30 juta jiwa. Bahasa resmi negara adalah bahasa Arab, sedangkan bahasa keduanya adalah bahasa Prancis, Spanyol dan Barbar.

Walaupun bahasa Prancis merupakan bahasa kedua, namun penggunaannya, baik di bidang administrasi negara maupun sebagai bahasa pengantar pendidikan, kadangkala melebihi bahasa resmi, yaitu bahasa Arab.

Warga Maroko mengenakan pakaian yang berbeda di berbagai kota yang dipengaruhi oleh Spanyol, Turki, Balkan, Berber dan tradisi Prancis. Pria Maroko mengenakan baju panjang longgar berkudung dengan lengan panjang yang disebut djellaba. Topi berwarna merah yang disebut tarbouche atau Fez dikenakan pada acara-acara khusus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement