REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Dua unit helikopter bantuan sebuah perusahaan batal melakukan operasi pemadaman melalui udara dengan bom air (water bombing). Pembatalan disebabkan pekatnya kabut asap di Provinsi Riau.
"Pekatnya kabut asap di Riau menyebabkan aktivitas penerbangan dilarang. Jarak pandang di Kota Pekanbaru seharian tadi kurang dari 800 meter. Bahkan di Pelalawan hanya 400 meter," kata Direktur Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Harmensyah lewat surat elektronik yang diterima Antara di Pekanbaru, Sabtu (1/3) malam.
Menurut dia, hanya pesawat terbang yang memiliki ALS (Automatic Landing System) yang diizinkan terbang. Pesawat yang tidak memiliki ALS seperti helikopter tersebut menurut dia tidak bisa mendarat dan sangat berbahaya.
Pantauan satelit NOAA18 di Riau terdapat 70 titik api, sedangkan dengan satelit Modis (Terra dan Aqua) ada 962 titik api, katanya. Ia menjelaskan, bahwa resolusi NOAA18 adalah 1,1 kilometer kali 1,1 km sehingga luas terbakar lebih 1,1 km yang terpantau dengan satelit tersebut.
Sedangkan Satelit Modis memiliki resolusi lebih kecil yaitu 250 meter kali 250 meter sehingga titik api kecil terpantau. Berdasarkan "plotting" koordinat 43 titik api hasil survei satgas udara di peta TGHK (Tata Guna Hutan Kesepakatan, yang dibuat Badan Planologi, Kemenhut), 25 titik api terdapat di area "open access", 15 titik di areal HTI (hutan tanam industri) dan tiga titik di Cagar Biosfir.