Kamis 06 Mar 2014 19:57 WIB

Sakralitas Pernikahan di Afghanistan (2)

Gadis Afghanistan (ilustrasi).
Foto: Embassyofafghanistan.org
Gadis Afghanistan (ilustrasi).

Oleh: Nashih Nashrullah

Dalam beberapa kasus, persyaratan itu terkadang melampau batas kemampuan finansial keluarga pengantin pria. 

Bila mufakat, gula batu besar (qand) akan dibagikan kepada para tamu dalam kantong kecil. Jarak waktu antara lamaran ini dan resepsi akad nikah tidak selalu sama. Tergantung beberapa faktor, termasuk kemampuan keuangan pengantin pria.

Biasanya, segera setelah pertunangan, keluarga pengantin pria akan “menyetorkan” uang kepada calon pengantin untuk pembelian barang, seperti pakaian, karpet, piring, dan perhiasan.

Dalam beberapa kasus pula, kata Fazl, periode ini menjadi kesempatan calon pengantin pria untuk memilih hidup dengan ayah mertua dan mengabdi kepadanya hingga mahar lunas ataupun tidak.

Tetapi, tahap ini tak luput pula dari pembahasan kedua belah mempelai dan diserahkan kepada mereka. Tahapan tersebut dinamakan dengan baazy naamzad yang berarti bertemu satu sama lain.

Pesta henna

Satu malam sebelum resepsi pernikahan, ujar Fazl, keluarga mempelai pria mempersiapkan cukup henna yang mencukupi semua peserta dalam sebuah pesta (takht e khina).

Henna ini diletakkan dalam sebuah nampan dan dibungkus keranjang lengkap dengan hiasan bunga dan lilin. Anak-anak mengenakan kain tradisional baru, membawa keranjang henna dengan musik sepanjang jalan dari rumah mempelai pria ke rumah pengantin wanita.

Setelah melayani tamu di rumah pengantin wanita, musik dimainkan lagi. Saudara pengantin wanita membawa pengantin pria dekat sofa, tempat pengantin wanita duduk di gaun pengantinnya yang berwarna-warni.

Salah satu momen lucu, yakni ketika pesta henna dimulai. Pengantin perempuan menutup tangan kanannya dan tidak membiarkan pengantin pria meletakkan henna di tangannya, kecuali ibunya menyajikan atau menjanjikan dia beberapa hadiah yang sangat berharga atau jika pengantin pria dapat membuka tangannya dengan paksa.

Karena pesta khusus perempuan, pengantin pria meninggalkan lokasi acara segera setelah ia menempatkan henna di tangan pengantin wanita dan ikatan itu dengan kain putih bersih.

Sisa henna tersebut lantas didistribusikan di antara gadis-gadis muda yang belum menikah. Keyakinan yang dianut jika berhasil mendapatkan henna dan meletakkannya di jari kelingking mereka, akan segera menikah.

   

Selanjutnya, ayah mempelai pria menyediakan semua pengaturan dan kebutuhan hari pernikahan untuk keluarga pengantin wanita.

Kerabat dan teman-teman pengantin wanita datang bersama-sama dan membawanya keluar untuk duduk di antara para wanita, berkumpul di rumah sang ayah, dan menunggu rombongan pengantin pria untuk mengikuti pesta pernikahan di rumah mempelai pria. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement