Ahad 09 Mar 2014 16:52 WIB

Libya Ancam Ledakkan Tanker Minyak Asing

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fernan Rahadi
Kapal tanker di perairan internasional. Ilustrasi
Foto: .
Kapal tanker di perairan internasional. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Perdana menteri Libya Ali Zeidan mengancam akan meluncurkan bom pada tanker berbendera Korea Utara jika mencoba mengekspor minyak dari pelabuhan yang dikuasai pemberontak, Sabtu (8/3) waktu setempat. Ia juga mengatakan telah mengeluarkan pemerintah untuk menangkap awak-awak kapal tanker tersebut.

Para pemberontak Libya yang dipimpin oleh Ibrahim Jathran telah merebut tiga pelabuhan utama sejak Agustus lalu. Hal ini membuat pemerintah kesulitan menghidupkan kembali ekspor minyak Libya. Salah satu pelabuhan adalah pelabuhan Sidra (Es Sider) yang terletak di bagian timur Tripoli dan merupakan salah satu pelabuhan terbesar Libya.

Para pemberontak sebelumnya mengatakan bahwa mereka telah berhasil menghasilkan minyak dan memuatnya ke kapal-kapal tanker. Kapal mulai memuat minyak mentah pada larut malam. Para pejabat Libya mengatakan langkah pemberontak itu merupakan 'aksi pembajakan'.

‘’Kapal tanker akan dibom jika tidak mengikuti perintah, ini akan menjadi bencana lingkungan,’’ kata Zeidan. Ia mencela tindakan itu sebagai tindakan kriminal. Pemerintah di Tripoli telah mengatakan sebelumnya mereka akan menghancurkan tanker yang mencoba untuk membeli minyak dari Jathran.

Sebuah kapal, The Morning Glory dikabarkan merapat ke Pelabuhan Sidra pada Sabtu lalu setelah sebelumnya gagal berlabuh pada Selasa. Mereka dikabarkan berputar-putar di pelabuhan Libya hingga akhirnya menepi di Sidra.

Sebuah stasiun televisi lokal milik pemberontak memperlihatkan bahwa pemberontak menggelar upacara untuk merayakannya. ‘’Kami mulai mengekspor minyak. Ini adalah pengiriman pertama kami,’’kata seorang juru bicara pemberontak. Mereka bahkan menyembelih unta untuk merayakan pengapalan minyak pertama mereka.

Kapal tersebut berbendera mirip dengan bendera Korea Utara. Namun para pengamat tidak yakin kapal tersebut dimiliki atau dikendalikan oleh Pyongyang, Korea Utara. Lawrence Dermody , seorang peneliti perdagangan gelap dari Stockholm International Peace Research Institute mengatakan bendera tersebut tidaklah biasa. ‘’Bahkan di Timur Tengah,’’ katanya.

Pihak Korea Utara meminta pemerintah Libya mengonfirmasi kapal pesawat tersebut namun pasukan bersenjata pemberontak menghalangi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement