REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah RI tidak tinggal diam menyikapi kabut asap di Riau. Aksi pemadaman dilakukan secara terus menerus. Selain itu, pemerintah juga membeli pesawat amfibi angkut air. Pesawat dari Rusia itu akan digunakan untuk memadamkan sejumlah titik api yang menjadi biang kerok kabut asap di Riau dan sekitarnya.
Menkokesra, HR Agung Laksono, menyatakan pihaknya memperkirakan pada April nanti pesawat tersebut akan datang. "Kita tinggal nunggu," paparnya, di Jakarta, Jumat (14/3). Pesawat tersebut akan mengangkut debit air dalam jumlah besar. Kemudian air akan ditumpahkan di titik api yang menyebabkan bencana kabut asap.
Penggunaan pesawat amfibi seperti itu bukan hal baru. Pada 1997 lalu, kebakaran hutan di pedalaman Kalimantan Timur tahun 1997 lalu ditangani dengan pesawat amfibi water bomber Beriev 200 buatan Rusia. Pesawat itu juga memiliki bucket untuk mengangkut air Sungai Mahakam atau dari danau yang ditumpahkan ke sumber api.
Pesawat sejenis yang populer di dunia saat ini adalah Bombardier CL-142 buatan Kanada. Jepang juga memiliki pesawat sejenis, yakni Shinmewa yang merupakan turunan dari tipe pesawat amfibi yang mereka gunakan semasa Perang Dunia II, Kawanishi.
Agung menyatakan pesawat tersebut nantinya akan memadamkan kebakaran lahan yang terjadi akibat ulah orang yang tidak bertanggungjawab. Pihaknya meminta kepolisian meringkus pelaku perorangan maupun oknum perusahaan yang membakar kawasan hutan lindung di kawasan Pekan Baru, Riau. Pihaknya menyayangkan pembakaran hutan yang merugikan banyak pihak ini terus dilakukan. "Kita minta kepolisian untuk operasi terus. Penegakan hukum harus jalan terus. Mereka harus disadarkan," tegas Agung.
Terkait penanganan asap, Agung mengungkapkan saat ini terus dikerjakan. Enam helikopter water bombing digunakan untuk mengurangi dampak asap. Dampak ini paling besar terjadi di wilayah Dumai dan Bengkalis. Asap, kata dia, sulit dikurangi karena medan yang tidak mudah dan cuaca kemarau yang tidak mendukung jalannya pemadaman kebakaran hutan.Berry®