REPUBLIKA.CO.ID, Persaudaraan itu harus dalam koridor kebaikan dan rida-Nya
Alkisah Qatadah bin Nu’im mendapatkan hadiah berupa busur panah dari Rasulullah SAW. Sahabat Rasul itu pun menggunakan senjata tersebut di peperangan Uhud. Panah demi panah telah dimuntahkan dari busur itu hingga patah hanya untuk melindungi Rasul.
Tak lagi ada senjata. Qatadah tetap melindungi Rasulullah, ia menjadi perisai hidup. Ia gunakan kepalanya untuk melindungi Rasul. Deretan luka menghiasi wajahnya. Bahkan, hingga bola matanya keluar.
Tetapi, berkat doa Rasulullah matanya kembali normal. “Begitulah persahabatan dalam Islam,” kata Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya Arfan Muammar.
Sahabat harus saling melindungi dalam kebaikan. Ketika teman akan melakukan kemaksiatan maka haruslah dicegah. Pencegahan itu, menurut Arfan, adalah bentuk dari perlindungan. Di zaman Rasulullah, umat Islam selalu berperang. “Sekarang tidak lagi,” katanya.
Arfan menyatakan Islam, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah, membangun persahabatan atas dasar kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Manifestasinya beragam, baik dalam ritual ataupun kehidupan sehari-hari. Usai shalat saling mengucap salam yang bermakna doa ke kanan dan kek kiri. Shalat adalah bentuk doa untuk segenap umat.
Persahabatan antarsesama Muslim, sesungguhnya secara doktriner diikat secara kokoh dalam waktu yang amat panjang, baik di dunia maupun akhirat. Hubungan itu tercipta, kata Arfan mengutip sebuah hadis, layaknya sebuah bangunan yang saling menguatkan satu komponen dan lainnya.
Persahabatan seperti itu, menurutnya, adalah persahabatan yang mengharapkan rida Allah, bukan kemaksiatan. Sedangkan, persahabatan yang didasari kemaksiatan terwujud dengan cara saling melindungi untuk hal yang negatif, seperti jeratan narkoba yang melibatkan anterteman.
Wakil Pimpinan Pesantren Baitul Arqam Jember Jawa Timur KH Izzat Fahd menyatakan sahabat adalah kata yang menggambarkan ikatan antara seseorang dan orang lain yang memiliki makna khusus.