Sabtu 15 Mar 2014 13:14 WIB

Mengenal Sejarah Seni Qiraat (2)

Membaca Alquran dengan qiraat (ilustrasi).
Foto: Antara/Saiful Bahri
Membaca Alquran dengan qiraat (ilustrasi).

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Sebagian dari para sahabat ini menjadi guru. Orang-orang yang belajar qiraat kepada mereka meriwayatkannya dengan menyebutkan sanadnya dan mereka sering menghafalkan qiraat yang diriwayatkan dari seorang guru.

Penghafalan dan periwayatan seperti ini memang sesuai untuk masa itu karena tulisan yang digunakan pada waktu itu adalah tulisan kufi.

Dalam tulisan ini, satu kata dapat dibaca dengan beberapa cara. Oleh karena itu, cara pembelajarannya harus belajar langsung kepada guru, kemudian menghafalkan, dan meneruskannya pada muridnya.

Selain itu, kebanyakan orang pada waktu itu masih buta huruf, tidak bisa tulis baca dan belum mengenal cara menjaga pelajaran selain menghafal dan meriwayatkan. Cara ini juga terus diikuti dalam masa-masa berikutnya.

Kelompok pertama para qori adalah dari kalangan sahabat Nabi yang tekun mengajar dan belajar pada masa hidupnya. Mereka itu, antara lain, Usman, Ali, Ubay bin Ka'b, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas'ud dan Abu Musa al-Asy'ari. Para sahabat ini kemudian meneruskan ilmu qiraat ini kepada seluruh kaum Muslimin untuk sama-sama menjaga keaslian Alquran.

Karena yang menghafalkannya bukan satu orang saja, sering terjadi perbedaan-perbedaan dalam lantunan nada dan cara membacanya. Qiraat ini berbeda satu dengan lainnya karena mereka mengambilnya dari sahabat yang berbeda pula. Perbedaan ini berlanjut pada tingkat tabiin di setiap daerah penyebaran Islam masing-masing.

Hadis riwayat Bukhari Muslim dari Ibnu 'Abbas dan riwayat Muslim dari Ubay bin Ka'ab menyatakan, memang kemudian qiraat ini muncul menjadi banyak ragamnya.

Tapi, dengan adanya qiraat Alquran yang bermacam-macam tersebut (Sab'atu Ahruf), sebenarnya Allah bermaksud memberikan kemudahan bagi umat Islam yang tidak seluruhnya dapat membaca Alquran dengan sempurna.

Kemudahan tersebut menunjukkan Islam dalam hal membaca Alquran dengan bahasa Arab tersebut, tidak memberikan beban yang berat bagi umatnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement