REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Presiden Korea Selatan Park Geun-hye menyatakan lega atas pernyataan maaf Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Sabtu (15/3), seperti dilansir Reuters. Jepang menyatakan minta maaf untuk perilaku perang yang dibuat pada tahun 1993 dan 1995.
Hubungan dengan Korea Selatan dan Cina sudah tegang setelah kunjungan Abe Desember lalu ke kuil Yasukuni, Jepang. Hubungan memburuk lebih lanjut serelah politikus nasionalis Jepang mendesak kabinet Abe untuk membatalkan permintaan maaf.
Permintaan maaf yang dikeluarkan pertama kali pada saat itu oleh Kepala Sekretaris kabinet Yohei Kono pada tahun 1993. Kemudian perdana menteri Tomiichi Murayama pada tahun 1995. "Pernyataan Perdana Menteri Abe menguatkan pernyataan Murayama dan Kono," kata Presiden Park melalui juru bicaranya Min Kyung-Wook. President Park juga menyatakan harapan ini bisa menjadi kesempatan memantapkan hubungan bilateral Korea Selatan dan Jepang.
Permintaan maaf pertama kali terlontar setelah pemerintah Jepang mengakui keterlibatan dalam memaksa perempuan untuk bekerja di rumah bordil militer. Hal tersebut bersangkutan dengan perang dan penjajahan pada negara tetangga, termasuk Korea Selatan dan Cina.
Di tengah meningkatnya ketegangan dengan negara tetangga dan tekanan Amerika Serikat, Abe mengatakan kepada sebuah panel parlemen bahwa kabinetnya tidak berniat meninjau pernyataan yang dibuat oleh para pendahulunya.
Untuk memperbaiki hubungan dengan Seoul menjelang kunjungan Presiden AS Barack Obama April mendatang. Pertemuan Park dan Obama di sela-sela pertemuan puncak keamanan nuklir global di Belanda pada akhir Maret.