REPUBLIKA.CO.ID, SOUTHAMPTON -- Sebanyak 20 ribu siswa di Inggris tidak bersekolah hari ini, Rabu (26/3). Kegiatan belajar mengajar di sebagian besar sekolah di Inggris dan Wales terganggu lantaran para guru melakukan aksi mogok mengajar.
Para guru yang tergabung dalam organisasi NUT (National Union of Teacher) memperotes beban mengajar yang semakin tinggi. Sebuah survei baru-baru ini mengatakan bahwa guru SD mengajar hampir 60 jam selama sepekan. Sementara, guru SMP mengajar hingga 56 jam selama satu pekan.
Aksi mogok nasional ini merupakan yang pertama dalam rentang waktu tiga tahun terakhir. Chris Denson, salah seorang pengajar Fisika yang tergabung dalam NUT mengatakan upah kerja guru bahkan turun 17 persen. Mereka juga harus bekerja hingga usia 69 tahun sebelum diizinkan pensiun. Kebijakan ini dikeluhkan oleh para guru.
Sekretaris NUT di Southampton Pete Sopowski mengatakan masalah ini bisa jadi akan berdampak pada kekeurangan guru yang mungkin bisa terjadi di masa depan. Dampaknya, kata dia, pemerintah Inggris perlu mendatangkan guru dari luar negeri untuk mengisi profesi ini.
"Kami khawatir bahwa lulusan guru akan enggan mengajar karena mereka mempertimbangkan pekerjaan lain dengan gaji yang sama namun beban kerja yang lebih ringan," kata dia seperti dikutip dailyecho.
Departemen Pendidikan di Inggris mengatakan pihaknya telah mencoba berdialog untuk menyelesaikan masalah ini. Meskipun mengaku berempati terhadap nasib para guru, mereka menilai aksi mogok mengajar ini justru akan merusak reputasi profesi mereka sebagai seorang guru.