REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Aksi mogok mengajar guru honorer di Kabupaten Indramayu memasuki hari kedua, Selasa (16/10). Penggabungan siswa menjadi salah satu solusi pihak sekolah dalam menghadapi kondisi tersebut.
"Masih (mogok)," kata Sekjen Forum Komunikasi Honorer Indonesia (FKHI) Kabupaten Indramayu, Nana Sugiana, kepada Republika, Selasa (16/10).
Nana, yang menyebut aksi mogok mengajar sebagai cuti bersama sampai batas waktu yang tidak ditentukan itu, mengatakan, saat ini para guru honorer beraktivitas di rumah masing-masing. Hal itu dilakukan sembari merenungi nasib mereka selama ini.
Menurut Nana, dalam aksi mogok mengajar itu, yang menjadi tuntutan para guru honorer adalah mendesak presiden agar segera mengesahkan revisi UU ASN yang berisi pengangkatan honorer secara bertahap sesuai masa kerja.
Selain itu, memberikan kesejahteraan kepada honorer pendidikan sesuai dengan UMK Indramayu. Ditambah lagi, memasukkan honorer pendidikan ke dalam program BPJS.
Nana mengaku belum mengetahui sampai kapan aksi mogok mengajar itu akan mereka lakukan. Namun, secara nasional, aksi mogok akan berlangsung hingga 31 Oktober 2018. Dengan adanya aksi tersebut, diharapkan bisa membuat pemerintah menyadari keberadaan guru honorer.
Selain aksi mogok yang dilakukan ribuan guru honorer di Kabupaten Indramayu, terdapat pula satu orang guru honorer yang melakukan aksi berjalan kaki dari Indramayu menuju Istana Negara Jakarta. Guru honorer tersebut bernama Sukma Umbara, yang sehari-hari mengajar di SDN Cadasngampar, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu.
Sukma memulai perjalanan dari Alun-alun Indramayu, Senin (15/10) siang. Hingga Selasa (16/10) sore, posisinya ada di wilayah Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, atau yang berjarak sekitar 55 kilometer dari alun-alun.
Sementara itu, aksi mogok guru honorer membuat pihak sekolah melakukan berbagai langkah agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan. Seperti yang terlihat di SDN Margadadi VIII, Selasa (16/10).
Sekolah tersebut menggabungkan siswa kelas satu, yang biasanya belajar di dua ruang kelas, menjadi satu ruang kelas. Pasalnya, satu orang guru honorer yang biasanya mengajar di salah satu ruang kelas satu, mengikuti aksi mogok.
‘’Jumlah siswa kelas satu ada 40 anak. Jadi tidak masalah mereka belajar di satu ruang kelas, ‘’ terang Kepala Sekolah SDN Margadadi VIII, Lilik Triyani.
Lilik menyebutkan, jumlah honorer di sekolah yang dipimpinnya ada empat orang. Dari jumlah itu, hanya ada satu guru kelas yang berstatus honorer.