REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yoebal Ganesha Rasyid
Jumat adalah hari libur untuk masyarakat Palestina di Jalur Gaza. Hari ini biasanya dipakai oleh sebagian warga Gaza untuk berziarah ke makam keluarga atau bersilaturahim mengunjungi kerabat.
Namun, hari Jumat juga biasanya anak-anak muda laki-laki belasan tahun di Gaza berkumpul di sekitar wilayah perbatasan dengan Israel. Mereka mengacung-acungkan tinjunya sambil meneriakkan, ''Kami akan kembali.”
Di antara anak-anak muda itu sebagian sesekali meneriakkan slogan itu sambil melemparkan batu ke arah wilayah yang dikuasai Israel. Kadang mereka hanya diam dan terus menatap ke wilayah yang diduduki Israel di belahan timur sana.
Begitu pemandangan yang dapat dilihat di kawasan perbatasan dengan Israel di kawasan Jabalia, Gaza Utara. Kawasan ini berdekatan dengan pintu perbatasan Eretz, salah satu titik penghubung masuk-keluar Gaza dan wilayah Israel.
Di perbatasan itu di barat, kawasan Gaza datarannya lebih tinggi sehingga dapat melihat ke kawasan Israel di timurnya. Adanya perbatasan ini hanya ditandai dengan pagar kawat setinggi sekitar dua meter, memanjang dari selatan ke utara.
Sekitar 500 meter dari kawat itu di kawasan Israel, terlihat pos penjagaan berupa bungker, yang di salah satu sisinya tampak menara menjulang sekitar tiga meter, tampaknya seperti menara untuk mengintai dan menembak.
Di kawasan yang dikuasai Israel terlihat ladang pertanian menghijau. Tampak ada jalan kecil yang sepertinya menghubungkan pos-pos penjagaan di kawasan Israel. Sesekali terlihat mobil-mobil jip patroli Israel hilir mudik di jalan itu.
Anak-anak muda Gaza tidak menyebut tanah yang di seberang timur sana sebagai Israel. “Itu adalah tanah Palestina yang diduduki,” kata seorang pejuang Hamas, yang bertugas di kawasan tersebut.
Di kawasan perbatasan ini biasa terlihat sejumlah milisi Hamas bersenjata AK bersiaga di dekat mobil-mobil pikap mereka.
Sebagian para pejuang ini menggunakan motor bergerak hilir mudik memperingatkan anak-anak muda yang berkumpul di sana agar tak terlampau mendekati pagar perbatasan tersebut.
“Mendekat 500 meter, maka akan ada tembakan peringatan. Mendekat 300 meter, Anda akan langsung ditembak di badan tanpa peringatan,” begitu kata milisi Hamas tersebut.
Di kawasan perbatasan ini setiap Jumat juga selalu disiagakan sejumlah ambulans, bersiap untuk melakukan pertolongan pertama bila saja terjadi konflik tiba-tiba antara anak-anak muda Gaza dan tentara Israel.
Seorang warga Gaza bernama Abu Ramzi (59 tahun) mengaku ritual Jumat sore tersebut memang sudah menjadi kebiasaan warga Gaza Utara.
Abu Ramzi bukan nama sebenarnya. Nama itu hanya mengartikan bahwa ia seorang pria yang sudah menikah dan telah dikaruniai anak. Anak pria pertamanya bernama Ramzi.