Rabu 02 Apr 2014 19:20 WIB

Menyebarkan Islam di Nusantara dengan Nasyid (1)

Salah satu grup nasyid unjuk kebolehan (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Salah satu grup nasyid unjuk kebolehan (ilustrasi).

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Nasyid menjadi salah satu bentuk dakwah yang sangat efektif.

Selama ini, orang banyak tahu bahwa yang dinamakan nasyid adalah lagu-lagu Islami yang dibawakan secara akapela. Padahal, nasyid lebih dari itu. Kata nasyid sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya senandung atau lantunan.

Menurut Ustaz Erick Yusuf, semua lagu Islami yang isinya puji-pujian kepada Allah SWT merupakan nasyid. Di Indonesia, media nasyid menjadi salah satu alternatif bentuk dakwah yang sangat efektif. “Nasyid sudah ada sejak Islam disebarkan oleh Wali Songo,” ujarnya.

Ia menjelaskan, dari zaman dahulu, budaya nusantara sangat kaya. Ketika Islam datang di Indonesia, budaya animisme dan Hindu Buddha masih kuat. Islam yang datang bersamaan dengan datangnya para pedagang Arab, kemudian mulai dikenal oleh masyarakat setempat.

Faktor yang paling besar terhadap kesuksesan penyebaran Islam di nusantara, yakni oleh para Wali Songo. “Metode dakwah yang dilakukan mereka terbukti sangat efektif,” kata ustaz yang mempunyai ketertarikan dalam bidang seni ini.

Islam disebarkan bukan dengan paksaan dan kekerasan. Wali Songo menyebarkan Islam secara perlahan-lahan. Salah satu dakwahnya menggunakan media seni. “Wali yang paling menonjol menyebarkan melalui jalur seni adalah Sunan Kalijaga,” kata ustaz yang membuat grup nasyid bernama Ihaqi ini.

Cara yang ditempuh Sunan Kalijaga dalam menyebarkan Islam, yakni dengan mereproduksi kembali budaya dan seni yang sudah ada pada masyarakat setempat.

Salah satunya dengan mengislamkan wayang. Seni wayang yang disukai oleh masyarakat kemudian ceritanya diubah menjadi cerita-cerita Islam dan memasukkan ajaran-ajaran Islam.

Jika dilacak lebih jauh lagi, pada abad ke-15, Sunan Kalijaga juga menciptakan nasyid berupa suluk atau lirik-lirik tembang lagu yang berisikan tentang ajaran Islam. “Lagu-lagu nasyid tersebut, misalnya “Lir Ilir”, “Tombo Ati”, “Dhandang Gula”, dan banyak lagi,” katanya.

Ini berarti nasyid sudah ada di nusantara sejak zaman Wali Songo. Lirik-lirik lagu nasyid itu kemudian diteruskan oleh para ulama, terutama oleh para kyai NU melalui pondok pesantren dan berbagai dakwahnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement