Senin 07 Apr 2014 05:58 WIB

Pelukan Rasulullah

Kaligrafi Muhammad SAW. Ilustrasi
Foto: .
Kaligrafi Muhammad SAW. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhbib Abdul Wahab

Pada saat thawaf (mengelilingi Kabah),  Rasulullah SAW bertemu  seorang pemuda yang pundaknya terlihat lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasul menghampiri pemuda itu dan bertanya, ‘’Kenapa pundakmu seperti itu?’

Pemuda itu menjawab, ‘’Ya Rasulullah, saya berasal dari Yaman. Saya mempunyai seorang ibu yang sudah uzur (tua renta). Saya sangat mencintainya. Saya selalu menggendongnya, dan tidak pernah melepaskannya. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, sedang shalat atau saat istirahat. Di luar itu saya selalu menggendongnya.’’

Pemuda itu lalu bertanya, ‘’Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk orang berbakti kepada orang tua?’’ Sambil memeluk pemuda itu, Rasulullah SAW menyatakan, ‘’Sungguh Allah ridha kepadamu. Engkau anak saleh, anak berbakti. Tetapi, wahai anakku, ketahuilah, kasih sayang orang tuamu kepadamu tidak akan terbalaskan olehmu.’’

Seklumit kisah tersebut menginspirasi kita semua, berbakti kepada kedua orang tua dengan ikhlas, merupakan sebuah ibadah yang dapat menyebabkan seorang anak mendapat ridha Allah SWT.

Bahkan Rasulullah SAW memberikan apresiasi tinggi terhadap anak yang berbakti kepada orang tua itu dengan memeluknya. Dengan kata lain, berbakti kepada orang tua adalah salah satu kunci meraih kebahagiaan dunia dan memperoleh pelukan Rasulullah SAW.

Alangkah indah dan bahagianya jika kita dipeluk Rasulullah! Pelukan Rasulullah SAW dan jaminan keridhaan Allah bagi sang pemuda itu tentu merupakan dambaan kebahagiaan bagi setiap mukmin.

Dari Abdullah ibn ‘Amr, Rasulullah SAW bersabda: “Ridha Allah itu tergantung pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Allah itu juga tergantung pada kemurkaan keduanya.” (HR at-Turmudzi dan al-Baihaqi).

Anak wajib berbakti dan bersikap baik kepada keduanya dengan sepenuh hati karena Islam memang sangat memuliakan orang tua. Sebaliknya, Islam melarang anak menjadi durhaka kepada keduanya.

Karena durhaka kepada salah satu atau keduanya merupakan dosa besar, seperti halnya syirik. Mendurhakai orang tua, luar biasa fatal. Boleh jadi Allah SWT menyegerakan balasannya kepada pelakunya selagi masih hidup di dunia.

Allah SWT bisa saja membuat perjalanan hidup sang perdurhaka orang tua  menjadi tidak berkah dan penuh kesulitan.

Oleh karena itu, pelukan Rasulullah SAW itu mesti dimaknai sebagai panggilan spiritual bagi orang tua agar berusaha menyiapkan anaknya menjadi saleh.

Bagi anak, pelukan Rasulullah SAW itu harus dipahami sebagai isyarat kuat untuk selalu berbuat baik, tidak menyakiti, apalagi mendurhkai keduanya. Jangankan mendurhakai, membuat orang tua sedih saja sudah termasuk durhaka.

Dari ‘Ali bin Abi Thalib, Rasulullah SAW bersabda, ‘’Siapa yang membuat orang tuanya sedih berarti ia telah mendurhakai keduanya.” (HR al-Khathib al-Baghdadi). Disadari atau tidak, banyak hal membuat kedua orang tua itu sedih.

Di antara hal  yang membuat orang tua sedih secara langsung adalah tidak menghormati, menyakiti, membentak, dan memarahi keduanya.

Hal yang membuat keduanya sedih secara tidak langsung misalnya seorang anak melakukan pelanggaran ajaran agama.

Seperti tidak shalat, korupsi, selingkuh, atau berzina. Pada dasarnya jika seorang anak melakukan kemaksiatan, orang tua yang mengetahuinya pasti merasa sangat kecewa dan sedih, sehingga secara psikologis jiwanya tertekan.

Berbakti kepada kedua orang tua dalam Islam, tidak hanya berlaku saat mereka masih hidup tetapi juga setelah tiada. Dengan berbakti kepada mereka, kita berinvestasi pelukan Rasulullah bagi masa depan kita.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement