Oleh: Ani Nursalikah
Tradisi lisan puisi Arab sarat dengan syair-syair kepahlawanan.
Kebangkitan Islam kerap digambarkan terjadi dalam sebuah masyarakat primitif Arab penghuni padang pasir, yang menggembalakan ternak mereka jika tidak sedang menyergap kafilah atau terlibat dalam perseteruan antarsuku.
Setelah memeluk Islam, suku-suku ini disatukan. Dan, setelah Nabi mereka wafat (begitulah kisahnya), mereka bergerombol keluar dari padang pasir untuk menyebarkan agama barunya ke seluruh dunia.
Gambaran ganjil itu yang masih populer di Barat terlalu menyedihkan sekaligus dilebih-lebihkan pada saat yang sama. Islam lahir dari wilayah tempat berbagai peradaban maju, seperti Mesir, Babilonia, Persia, dan Bizantium, yang telah tumbuh subur sejak zaman kuno.
Arabia ada di kawasan pinggiran mereka. Lembaran-lembaran tanah beraksara paku mencatat bala tentara Arab lengkap dengan infanteri, kavaleri, dan kereta perang di masa awal 853 SM. Dan, tradisi lisan puisi Arab gilang-gemilang dengan syair-syair kepahlawanan yang mengisahkan berbagai peperangan besar, impian cinta, dan oase surgawi.
Nabi Muhammad muncul dari tanah ini. Dilahirkan sekitar 570 M di Makkah, di pesisir Laut Merah. Muhammad SAW adalah putra seorang saudagar dan tergolong suku elite Quraisy. Kaum elite Makkah yang tidak menyukainya memaksanya meninggalkan Makkah pada 622 M ke Kota Madinah yang kemudian dikenal sebagai tahun Hijriah.
Antara 622-628 M berbagai bentrokan terjadi antara para pengikutnya dan orang-orang Makkah. Meski suku Arab merupakan pasukan yang mudah bergejolak, Muhammad SAW berhasil menempa mereka menjadi konfederasi tunggal. Ikatan kesatuan mereka bukan hanya karisma Nabi, melainkan Islam, sebuah agama baru.
Nabi Muhammad SAW wafat pada 632 M dan kepemimpinan diwariskan kepada Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Di bawah kepemimpinan keempat khalifah pertama tersebut dan Jenderal Khalid bin Walid (si Pedang Islam), berbagai penaklukan awal dilakukan.