Jumat 11 Apr 2014 16:22 WIB

Kelapa Jenis Tengatuel Terancam Punah

Seorang pekerja mengupas buah kelapa di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (14/5). Kelapa tersebut selanjutnya diolah menjadi kopra dan dijadikan minyak goreng dan tepung kelapa serta beberapa bahan makanan lainnya
Foto: FOTO ANTARA/Basrul Haq
Seorang pekerja mengupas buah kelapa di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (14/5). Kelapa tersebut selanjutnya diolah menjadi kopra dan dijadikan minyak goreng dan tepung kelapa serta beberapa bahan makanan lainnya

JAKARTA -- Kelapa jenis Tengatuel asal Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) merupakan kepala terbaik di dunia saat ini terancam punah karena ditebang dan tidak ada lagi peremajaan.

"Kelapa jenis Tengatuel telah diteliti para ahli kelapa dunia memutuskan bahwa jenis kelapa ini merupakan terbaik di dunia," ujar Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sulut (Apeksu) George Umpel, di Manado, Jumat (11/4).

Menurut George, kelapa jenis tengatuel hanya terdapat di Kecamatan Tenga, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Sulut, jumlahnya sudah semakin berkurang. "Kelapa jenis tengatuel diperkirakan tinggal sekitar seribu pohon, jika tidak dilakukan peremajaan akan terancam punah," kata George.

George mengatakan kenapa kelapa jenis tengatuel dikatakan terbaik di dunia karena pohonnya tahan hingga seratus tahun lebih. "Jenis kelapa tengatuel selain bisa bertahan hingga di atas 100 tahun juga memiliki kadar minyak tinggi, ukurannya besar serta produktifitasnya sangat baik," jelasnya.

Selain jenis kelapa yang bagus juga ditunjang dengan struktur tanah di Kabupaten Minsel paling baik ditanami kelapa. Saat ini, kata George, kelapa jenis tengatuel sudah dikembangkan di Balai Penelitian Kelapa (Balitka) agar bisa mengembangbiakkan bibitnya.

"Untuk itu jika pemerintah ingin membantu petani kelapa, sebaiknya bukan pemberian bibit, melainkan membantu pemeliharaan, sebab biaya pemeliharaan mencapai Rp5.000 per pohon," katanya.

Sebab jika tidak dilakukan pemeliharaan, bibit kelapa yang berumur satu tahun akan mudah mati atau dimakan sapi, katanya. Ia mencontohkan dahulu program kelapa hibrida berhasil, karena pemerintah membantu dalam pemeliharaan.

"Oleh karena itu, kami mengharapkan agar pemerintah membantu dalam pemeliharaan," ungkapnya.

Saat ini jumlah kelapa di Sulut hanya sekitat 270 ribu pohon, sebagian besar berumur 60 tahun. Hal ini tentu saja masih kurang produktif dibandingkan dengan kelapa berumur 20-30 tahun. Sedangkan produksi kopra sebanyak 200 ribu ton per tahun.

"Saat ini jumlah pohon kelapa hanya tinggal 60 persen saja, dari jumlah sebelumnya," jelasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement