Oleh: Ani Nursalikah
Seratus tahun setelah Shapur mempermalukan Roma, kaisar yang dikenal sebagai Julian Pemurtad akan menyerukan kepada legiuner-nya, dalam kebencian sepenuh hati akan kesombongan Persia.
Tapi, sebelum bisa menghadapi orang Sassania secara efektif, kerajaan itu sangat membutuhkan reformasi politik dan stabilitas ekonomi.
Pada awalnya, mereka lambat untuk pulih dari keterpurukan ke dalam anarkistis, anjloknya mata uang, dan perang saudara antara apa yang disebut kaisar-kaisar barak. Negara Romawi bahkan mengalami perombakan radikal.
Kekuasaan autokratis yang ditanamkan di tangan para kaisar membuat moto yang disakralkan senat dan rakyat Roma. Kerajaan menetapkan kebijakan harga tetap dan membekukan profesi komersial dan birokrasi kunci selama-lamanya untuk keturunannya sendiri.
Sebuah sistem perpajakan penyitaan untuk menyubsidi birokrasi yang besar mengalihkan sisa harta kekayaan rakyat biasa dan prajurit ke jajaran tinggi kelas bangsawan dan kelompok mapan militer.
Kekuatan militer kekaisaran yang sudah besar itu tumbuh dari 30 legiun yang terdiri atas 300 ribu infanteri menjadi total 435 ribu tentara. Para inovator besar kekaisaran bahkan mencabut perdamaian 30 tahun dengan Iran.
Meskipun ekonomi pasar dan basis pertanian melemah secara gawat Romawi abad ketiga berhasil bertahan dari sekitar 60 tahun tantangan Iran, bahkan ketika suku-suku Jerman berulang kali mencabik pertahanan Rhine dan Danube.