REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi, menyesalkan kisruh di tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang terjadi justru menjelang suksesi kepemimpinan nasional.
"Padahal, saya memimpikan partai-partai berbasis Islam dapat bersatu dalam Pemilu Presiden mendatang. Andai PKB, PPP, dan PKS bisa mengusung pasangan capres-cawapres sendiri. Tapi, kenyataannya masih banyak masalah," katanya di Jakarta, Selasa.
Sebagai orang yang pernah aktif di PPP, yakni periode 1973-1986, Hasyim menyarankan politisi partai berlambang Ka'bah itu menahan diri dan menyelesaikan persoalan internal setelah Pilpres usai.
"Kalau sekarang akan 'masuk angin' dengan kepentingan makro di luar PPP. Bahkan, kelompok 'islamophobia' juga akan tertawa melihatnya," katanya.
Hasyim menambahkan setiap kemelut di partai politik atau politik praktis selalu rawan politik uang dan transaksional.
"Itu bisa menghancurkan PPP sendiri dalam jangka panjang, sekalipun pengurusnya bergantian," katanya.
Kemelut di tubuh PPP dipicu ketidakpuasan pengurus atas hasil partai itu dalam Pemilu Legislatif. Ketua Umum PPP Suryadharma Ali dianggap sebagai penyebab kegagalan PPP meraih target yag ditetapkan, karena hadir dan turut berorasi dalam kampanye Partai Gerindra di Gelora Bung Karno (GBK).