REPUBLIKA.ID, DAMASKUS -- Para pengungsi di kota Damaskus kini semakin putus asa. Diperkirakan, pada Ahad (20/4), sekitar 18 ribu pengungsi mulai kehabisan stok makanan di kota yang terkepung itu. Mereka pun terancam akan mengalami krisis kelaparan.
Makanan belum dikirimkam ke kamp pengungsi Palestina di Yarmouk selama 10 hari. Pihak berwenang diperkirakan tidak akan mengizinkan truk pengangkut makanan melintas selama perayaan Paskah. Kondisi ini membuat para pengungsi terpaksa memakan apa saja di sekitarnya, termasuk daun-daunan serta pakan ternak.
Sejumlah orang mengatakan mereka tidak bisa mendapatkan akses bahkan mendapatkan sisa makanan karena telah putus asa setelah diblokade oleh pasukan pemerintah hampir selama 18 bulan. Kondisi ini pun menyebabkan pasokan makanan berkurang.
Pejabat Suriah telah mengizinkan kelompok bantuan yang dipimpin oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) mendapatkan akses sporadis ke Yarmouk. Juru bicara organisasi Chris Gunness mengatakan jika seorang wanita meninggal ketika melahirkan karena kekurangan perawatan medis di sebuah negara anggota, maka kondisi tersebut merupakan penghinaan. "Ada peristiwa gizi buruk dan orang-orang mengonsumsi makanan ternak," katanya.
Yarmouk dahulunya merupakan sebuah kamp pengungsi Palestina terbesar di Suriah, namun sekarang kondisi tempat pengungsian tersebut kacau balau. Banyak rumah-rumah yang dibom sehingga warga pun putus asa. Puluhan ribu penduduk Suriah juga tinggal bersama warga Palestina. Mereka pun juga tak bisa mendapat makanan yang cukup.
Agar warga terhindar dari kelaparan, UNRWA mengatakan perlu mengirimkan setidaknya 700 paket makanan tiap harinya dimana tiap makanan dapat digunakan untuk lima hingga delapan orang. Namun sejak awal tahun ini pihaknya hanya dapat mengirimkan rata-rata 100 makanan tiap harinya.