REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Ekonomi Amerika Serikat mengalami perlambatan cukup drastis di kuartal I 2014. Cuaca dingin menekan pengeluaran perusahaan dan aktivitas sektor perumahan sehingga menghambat pertumbuhan.
AS hanya tumbuh 0,1 persen. Laju tiga bulan pertama tahun fiskal 2014 tercatat merupakan pertumbuhan terlemah sejak kuartal IV 2012 ketika output tidak tumbuh sama sekali. Ini juga merepresentasikan perlambatan tajam dari level pertumbuhan pada paruh kedua 2013, yaitu ketika ekonomi AS tumbuh 3,4 persen.
Meskipun tumbuh melambat, sejumlah ekonomis masih optimistis angka pertumbuhan AS selanjutnya akan tumbuh di antara 2,5 persen sampai tiga persen. Selain itu, laporan yang diterbitkan Rabu (29/4) waktu setempat baru merupakan estimasi pertama dari tiga proyeksi statistik pemerintah. Hasilnya bisa saja lebih baik dari itu.
Bank sentral AS the Federal Reserve memangkas stimulus bulanan sebesar 10 miliar dolar AS dari pasar obligasi. The Fed meyakini ekonomi AS akan membaik di bulan-bulan selanjutnya.
Sebaliknya, Cina sedang dalam jalur yang tepat untuk menjadi negara ekonomi terbesar di dunia pada 2020. Melihat keadaan AS, diperkirakan capaian itu akan tiba lebih cepat.
Bank Dunia melalui International Comparison Program menyatakan Cina bakal mampu menjadi negara ekonomi terbesar di dunia, mengalahkan AS. Hasil riset menunjukkan, ekonomi Cina mencapai 87 persen ekonomi AS pada 2011.
International Comparison Program dilaksanakan enam tahun sekali untuk membandingkan standar kehidupan di setiap negara. Hasilnya sangat baik untuk memahami kondisi hidup masyarakat Cina. "Hasilnya baik untuk mengetahui apa yang diproduksi masyarakat Cina meskipun tidak betul-betul menggambarkan ekonomi Cina," kata Ekonom Capital Economics Mark Williams, seperti dilansir AP, Kamis (1/5).
Hal ini terlihat dalam produk domestik bruto AS yang mencapai 17 triliun dollar AS. Nilai ini dua kali lipat GDP Cina. Meskipun tumbuh sangat cepat, perlu beberapa tahun bagi Cina untuk melampaui AS.