REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kekhawatiran yang menyelimuti markas Manchester City akhirnya terjadi. Tim polesan Manuel Pellegrini itu terbukti melanggar regulasi 'financial fair play' (FFP).
Otoritas sepak bola Eropa (UEFA) akhir pekan lalu menyatakan City merupakan satu dari 20 klub yang terbukti melanggar. City dan klub asal Prancis, Paris Saint-Germain (PSG), disebut sebagai klub paling banyak menderita kerugian finansial dalam dua tahun terakhir.
"City kini harus memutuskan apakah menerima tawaran negosiasi tentang hukuman yang lebih ringan atau tidak," kata Presiden UEFA, Michel Platini, seperti dilansir BBC.
Sanksi bagi pelanggar FFP bisa bervariasi. Yang paling ringan adalah peringatan dan denda. Sanksi terberat adalah larangan tampil di kompetisi Eropa pada musim berikutnya.
Hanya, Platini mengisyaratkan sanksi larangan tampil agaknya belum akan diterapkan kali ini. Platini mengatakan pelanggaran yang dilakukan City tergolong kategori sangat serius.
Pihaknya telah menyiapkan sejumlah sanksi seperti pembatasan gaji pemain atau pembatasan jumlah pemain yang boleh tampil di Eropa. "Mungkin juga hukumannya berupa larangan tampil bagi pemain rekrutan baru untuk tampil di Liga Champions musim depan," papar Platini.
Dalam regulasi FFP, klub-klub Eropa hanya boleh mencatatkan kerugian maksima 37 juta poundsterling atau 45 juta euro dalam dua tahun terakhir.
City mengalami kerugian 97 juta poundsterling pada 2012 dan 51,6 juta poundsterling pada 2013. Secara total, City membukukan kerugian 149 juta poundsterling pada dua tahun terakhir.
Salah satu pengeluaran terbesar City adalah gaji pemain. City membayar rata-rata 5,3 juta poundsterling per tahun untuk pemain-pemain utama.
Dalam penelitian yang dilakukan ESPN, pengeluaran gaji City adalah yang tertinggi di dunia, mengalahkan dua klub liga baseball Amerika Serikat, New York Yankees dan Los Angeles Dodgers di tempat kedua dan ketiga.